SERVANT WITH THE NATURE
DEPARTEMEN DIAKONIA HKBP & YAYASAN PETRASA
By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakoinia HKBP
Perkembangan pertanian Indonesia menorehkan sebuah grafik kemunduran yang sampai saat ini tidak memberikan identifikasi untuk bangun dari keterpurukannya. Kehidupan pertanian yang terkatung-katung memberikan gambaran ketidakberpihakan pemerintah kepada masyarakatnya yang 70 % adalah petani. Petani yang tidak siap terhadap pemakaian pupuk dan pestisida kimia serta penggunaan bibit unggul hasil rekayasa genetika telah menggeser bibit lokal yang dimiliki oleh petani.
Persoalan kedepan yang akan terjadi akibat pemaksaan dan penggunaan pupuk, pestisida kimia serta bibit unggul tidak pernah terpikirkan oleh pemerintah. Akibatnya petani menjadi tergantung pada pemakain pupuk, pestisida kimia dan bibit unggul. Tidak menciptakan petani bangsa ini menjadi mandiri dan unggul namun sebaliknya globalisasi konspirasi bermain dibalik mata rantai yang telah berhasil menciptakan ketergantungan pada petani.
Realitas petani kita saat ini sangat memprihatinkan. Dikala pupuk kimia yang semakin melambung tinggi tetapi produksi yang semakin menurun dan harga yang selalu berpihak pada globalisasi koorpirasi. Belum lagi revolusi hijau yang telah meninggalkan luka-luka yang dalam pada tanah dan alam petani kita. Sementara itu untuk kembali memperbaiki tanah dan alamnya petani tidak mempunyai sumber daya yang cukup baik. Globalisasi koorpirasi berhasil membelengggu petani sehingga untuk keluar dari ketergantungan itu begitu sulit.
Realitas petani di Sumatera juga mewakili realitas petani bangsa ini secara umumnya. Ketidakmampuan petani untuk keluar dari ketergantungan sehingga dengan hati yang berat merelakan tanah dan alam Sumatera semakin memprihatinkan kesuburannya. Produksi yang menurun akibat tanah yang semakin rentan terhadap pemakain pupuk dan pestisida kimia, belum lagi hama dan penyakit tanaman yang semakin kebal terhadap segala bentuk pestisida kimia yang diproduksi oleh perusahanaan-perusahaan TNCs.
Melihat realitas petani di Sumatra saat ini, Departemen Diakonia HKBP dan Yayasan Petrasa (Pengenbangan Ekonomi Pertanian Selaras Alam) Sidikalang-Dairi mencoba memberdayakan Potensi Para Pendeta untuk mengawali pelayanan dari petani, melalui pertanian ramah lingkungan yaitu pertanian selaras alam dalam sebuah kegiatan pelatihan dan pendidikan. menggali kembali tekhnologi dan budaya lokal yang sebenarnya telah dimiliki petani dalam mengelolah pertaniannya jauh sebelum revolusi hijau datang pada era 70 an.
Melalui pelatihan Servant with the Nature ini, menyadarkan para Pendeta untuk memerdekakakan petani dan bisa menmandirikan dari keterkungkungannya dalam mata rantai ketergantungan yang telah berhasil diciptakan globalisasi koorpirasi. Dengan demikian kesehatan dan kesejahteraan petani maupuan tanah dan alamnya sedikitnya bisa kembali pulih walau membutuhkan waktu yang lama untuk pulih total.
Oleh karena itu pada hari Rabu-Kamis tanggal 28-29 April 2010 diadakan pelatihan buat para pendeta-pendeta HKBP yang diwakili dari 8 Distrik yang ada di wilayah Sumatera, antara lain Distrik VI Dairi, Distrik Silindung, Distrik Toba, Distrik Humbang, Distrik Sibolga, Distrik Tanah Alas, Distrik Humbang Hasundutan, semuanya berjumlah 32 orang di Training Centre Petrasa Panji Bako Sidikalang-Dairi.
Pesertanya berasal dari HKBP Sigalagala, HKBP Perkembangan, HKBP Sidikalang I, HKBP Sipang Raya, HKBP Panetongah, HKBP Sidikalang IV, HKBP Sirisirisi, HKBP Narumonda Porsea, HKBP Aek Nauli, HKBP Hutaimbaru, HKBP Hutagugung, HKBP Laehole, HKBP Sidikalang V, HKBP Jumaramba, HKBP Pansurnapitu, HKBP Parbubu, HKBP Lumbansoit, HKBP Pollung, HKBP Juamateguh, HKBP Hutatinggi, HKBP Siborongborong kota, HKBP Bahal Batu, HKBP, HKBP Lintongnihuta, HKBP Nagasaribu, HKBP Silaban, HKBP Paranginan, HKBP Parpulungan, HKBP Pasaribu Dolok Sanggul.
Para peserta dilatih untuk mencoba lebih dekat lagi melestarikan dan memelihara alam dengan memberikan pelatihan pertanian dan peternakan alternative dan terpadu. Membuat kompos dan pestida yang terbuat dari tanaman rumput-rumputan. Dan di balut dengan dasar Character Building, Capacity building berdasarkan teladan dan iman akan Yesus Kristus.
Pelatihan ini di buka oleh Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar, dan memberikan beberap sesi, Kadep Diakonia mengatakan,” Kurang tepat lagi kalau sekarang kita masih menekankan profesionalisme pelayanan, bisa kita lihat beberapa persoalan-persoalan yang terjadi di sekira kita, masalah Indorayon yang jelas-jelas salah, tapi dengan adanya orang yang professional indorayon menjadi benar. Pehamanan ini juga bergeser di dalam pelayanan, di mana dasar panggilan kita standartnya profesionalisme
Menurut Kadep Diakona, kita jangan terlalu gampang dan sepele melihat masalah kemiskinan saat ini. Pelayanan kita masih belum holistik dan belum secara sungguh-sungguh menyentuh persoalan-persoalan di atas. Jangan lagi melihat pelayanan pendeta itu dengan sempit. Kita biarkan dulu pemikiran kita lepas dan biarkan itu mengalir. Lihatlah dan perhatikan dari mana kita mulai pembaharuan. Kalau kita merasa kurang dalam hal khotbah, kita bisa buat latihan khotbah. Bagimana dengan pemahaman kita dengan visi misi HKBP yang inklusiv, dan itu sampai sekarang belum sungguh-sungguh diturunkan bahkan dilakukan
Jadi tidak terlalu naïf lagi kalau kita buat pelatihan mempersiapkan praeses-praeses yang bisa memikirkan perjuangan-perjuang kita menemukan para pemimpin yang bisa mengendalikan perubahan (Change Lead). Kita lihat tipe kepemimpinan yang berprinsip saya tidak ok dan Anda juga tidak ok, konsep yang seperti ini mulai menyadarkan kita bahwa kita punya kesadaran. Bagaimana kita menyamakan persepsi. Kenapa Distrik Dairi bisa melakukan membuat Yayasan Diakonia dan distrik-distrik yang lain tidak sampai berpikir sampai kesana? Distrik yang lain yang siap ke sana adalah Distrik Jawa Kalimantan, kita harus sama-sama membangun. Kalau kita tidak sanggup kita kerjasama dan menyerahkan kepada orang yang mampu. Dulu ketika Kadep Diakonia melayani di Sipultak, bisa membuat perubahan dengan mendirikan ayunan. Perubahan tidak harus program yang mahal. Filosopi orang batak bisa dimanfaatkan. Mata Guru Roha Sisean. Kita jangan melihat perubahan itu dari atas, tapi perubahan itu di mulai dari kita bersama.
Yang menarik dari hasil pelatihan ini, semua peserta memilki keprihatinan dan komitmen bersama peduli lingkungan hidup yang isinya adalah sebagai berikut:
Dalam rangka penyambutan Jubileum 150 tahun, HKBP mengharapkan agar segala makhluk (seluruh kosmos) bersuka cita mensyukuri karya keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus, termasuk tanah, hutan, air, gunung dan udara. Sejalan dengan ini HKBP menolak segala bentuk kegiatan atau tindakan apapun yang merusak lingkungan hidup; pengakuan iman HKBP 1951 dan 1996 terbitan kantor pusat HKBP Peraja Tarutung tahun 2000 hal.88-89. Namun setelah mengikuti Pelatihan Servant with the Nature para pendeta HKBP mempergumulkan berbagai masalah yang terjadi terkait dengan lingkungan hidup saat ini, antara lain:
1. Pemanasan globalkarena deforestasi (penggundulan hutan) dan penggunaan emisi carbon yang berlebihan sehingga menimbulkan efek rumah kaca.
2. Kegagalan pertanian akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
3. Urbanisasi pemuda perkotaan untuk meningkatkan taraf hidup (menjadi buruh) namun kehidupan para buruh tidak dapat terjamin.
4. Pemahamaman gereja yang masih cenderung memandang alam sebagai objek manipulasi.
5. Lingkungan persekutuan jemaat yang masih cenderung suam-suam kuku.
Untuk menyikapi masalah yang disebutkan di atas, maka kami para pendeta HKBP Peduli Lingkungan Hidup dengan ini menyatakan komitmen bersama:
1. Menolak segala bentuk tindakan apapun yang berusaha merusak lingkungan hidup dan struktur masyarakat yang memiskinkan rakyat. Sebagaimana yang dimaksudkan pada pengakuan iman HKBP.
2. mendukung setiap kegiatan masyarakat yang mempertahankan hak untuk memperoleh hidup yang layak memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup.
3. Bersedia mengkritisi segala kebijakan pemerintah yang berdaya rusak terhadap kehidupan masyarakat banyak, karena kesejahteraan rakyat adalah kesejahteraan Bangsa dan Negara; sejahtera masyarakt sejahtera Negara.
4. Dalam rangka menyambut Jubelium 150 tahun HKBP, para pendeta HKBP peduli lingkungan hidup mengharapkan segala sesuatu makhluk dapat bersukacita memuliakan Tuhan.
5. Merekomdasikan kepada komisi teologi untuk merumuskan ulang pengkajian teologi hubungan antara manusia dengan alam: Alam juga subjek.
6. Bersedia menjemaatkan dan menerapkan pertanian organic (selara alam) kepada jemaat.
7. Kesediaan merancang bangun liturgy dan ibadah dalam kaitannya dengan lingkungan hidup.
8. Bersedia mengkampanyekan 4 R Recycling (mendaur ulang) reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi pemakaian), replanting (menanam kembali).
9. Merevitalisasi pargodungan gereja sebagai pusat pelatihan dan percontohan di tengah-tengah jemaat dan masyarakat.
10. Membangun greja sebagai lembaga pembinaan dan pengembangan jemaat dan masyarakat, dalam artian gereja sebagai komunitas penyembuh bagi kaum tertindas dan terpinggirkan. Serta sumber inspirasi pembaharuan gereja sehingga gereja kembali berpengaruh sebagai pemimpin perubahan.
11. Peserta mengusulkan adanya penerbitan buku sebagai respon (jawaban) kepada masalah kaum petani dan saling memperkuat hubungan antar jemaat.
Demikianlah keprihatianan dan komitmen bersama diperbuat pada pelatihan Servant with the Nature para pendeta HKBP. Bravoo Diakonia. Sejahtera Masyarakt-Sejahtera Gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar