JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN  HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
Jubileum

Rabu, 01 September 2010

Kehidupan dalam Kebersamaan Pelatihan di Kampung 99 Pepohonan

Kehidupan dalam Kebersamaan
Pelatihan di Kampung 99 Pepohonan

Kehidupan dalam kebersamaan adalah tema pelatihan yang diselenggarakan oleh HKBP melalui Departemen Diakonia HKBP kepada sembilan orang Pendeta HKBP dan satu orang warga jemaat, pada tanggal 19-21 Agustus 2010 yang bertempat di Jalan Muhasan II kelurahan Maruyung Kecamatan Limo-Depok. Kegiatan ini juga bisa berjalan dengan baik atas kerjasama HKBP Limo yang dipimpin oleh Pdt.Statistik Siahaan dan Dewan Diakonia HKBP Limo di bantu Pdt.Maruasas Nainggolan Diakonia (Sekhus Kadep Diakonia HKBP).

Peserta pelatihan ini adalah para pendeta dan warga jemaat yang memiliki lahan gereja yang bisa dipersiapkan sebagai tempat pelatihan Bio Teknologi Pertanian dan Peternakan sebagai konsep Pargodungan dan Training Centre. Para Pendeta yang diutus mewakili dari delapan distrik pelayanan HKBP, antara lain dari Distrik Dairi (Pdt.Jahor Purba), Distrik Silindung (Pdt.Zending Sinurat), Distrik Humbang Habinsaran (Pdt Jhom Simbolon dan Pdt Merwin Butar-butar), Distrik Toba (Pdt.Elzas Siahaan), Distrik Samosir(Pdt.Bahari Sitorus), Distrik Sumatra Timur(Pdt.Opsunggu), Distrik Tanah Jawa (Pdt.L.Sigalingging) dan Distrik Jawa Kalimantan (Amang Pasaribu), Kantor Pusat HKBP (Pdt.Maruasas Nainggolan-Diakonia HKBP).

Kampung 99 Pepohonan di rintis dan dipimpin oleh bapak Eddy Djamaluddin Suaidy.
Dia memahami Allah itu selalu membawa keselamatan. Hidup itu ada tiga tahapan. Hidup ini seperti pohon, yang berkaitan dengan pohon, Taman Eden, Taman Getsemani. Akar menghujam bumi, batangnya menjulang ke langit, maka ada buah. Banyak orang yang khususnya Indonesia mau cepat, langsung ambil buah. Bersedekah seperti pohon, tanpa melihat sekte dan ras, bangsa, semua akan menikmati oksigen dari pohon. Tuhan menganjurkan kita agar kita hidup di dalam taman yang indah.

Pohon tidak akan pernah milih-milih. Tempat ini mengajarkan bagaiaman hidup dalam kebersemaan, ke luar dari kebohongan. Mau tahu pohon harus tahu akar. Kita tidak berbicara perbedaan. Jadilah pohon seperti garam. Ada untuk melayani, bukan untuk melayani. Bangunlah kehidupan maka akan lahir kehidupan. Semuanya diawali dari niat kemudian mendidik anak-anak, menggerakkan ekonomi. Membuat gubuk dan penginapan, tumbuhnya dengan alami.

Perlu ada kebutuhan di sebuah komuitas, perlu susu maka dibuat usaha ternak sapi. Kotoran sapi bisa menjadi dinding rumah., kotoran sapi juga bisa membuat anti infeksi. Komunitas ini bisa ada berangkat dari keteladanan. Kita harus belajar dari alam, karena ilmu dan pengetahuan itu diberikan Tuhan berada di Alam. Tuhan akan bekerja di dalam diri orang, jika manusia itu mau merima-Nya. Jangan pernah mengharap pujian dari manusia, karena sebentar mereka juga akan menghujat kita. Tapi biarlah semuanya menjadi pujian kepada Tuhan.

Saat ini mereka ada 15 KK, di mana masing-masing bekerja secara maksimal karena semua kebutuhan hidup mereka dicukupi, anak-anaknya semua dijamin sekolah sampai lulus S3. Managemen mereka masing-masing di pegang oleh setiap keluarga. Satu keluarga yang mengorganiser makanan, yang lain di bidang kebersihan, pertanian dan peternakan.

Pelatihan ini dibuka oleh Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar, yang menekankan pelayanan yang holistik adalah pelayanan yang mencakup seluruh kehidupan yang menggumuli kebutuhan jemaat. HKBP itu harus inklusif, di mana tempat pelatihan ini adalah saudara kita muslim sebuah pengalaman bersama dengan agama lain, di mana mereka bisa menerima kita sebagaimana kita adanya. Hal-hal yang gelap kita selama ini bisa kita lihat di sini cerah.

Bagaimana kita bisa menghadirkan konsep selaras alam, yang telah saudara-saudara kita ini lakukan di perkampungan 99 pepohonan ini. Perlunya kita memulihkan dan menghidupkan pargodungan. Hubungan manusia dengan alam. HKBP harus menemukan fungsinya untuk melayani yang holistik. Terbuka untuk semua bangsa. Jangan selalu bersandar kepada orang kuat saja. Kita harus percaya kalau kita orang yang dipandang tidak bisa berbuat apa-apa bisa berkarya dengan baik, seperti yang ditunjukan oleh Pdt.Statistik. membangkitkan gereja Limo. Membangkitkan pembaharuan dan perubahan.

Dalam pelatihan ini diajarkan: Pengenalan bangsa-bangsa ternak, Usaha-usaha peternakan, perbanyakan ternak, penggemukan ternak, Usaha ternak perah, membuat kandang, Perawatan ternak, pengenalan hijauan makanan ternak, pembuatan pakan konsentrat, pembuatan pellet, Reproduksi dan kesehatan ternak, pengolahan hasil peternakan seperti susu, yoghurt, pengolahan limbah ternak, pengolahan sampah rumah tangga.

Tuhan memberkati semua peserta pelatihan semoga bisa mengembangkannya ditempat pelayanan masing-masing dan semuanya untuk menggerakkan kehidupan jemaat untuk kemuliaan nama Tuhan. Bravo Diakonia HKBP-Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja.

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

Kehidupan dalam kebersamaan adalah tema pelatihan yang diselenggarakan oleh HKBP melalui Departemen Diakonia HKBP kepada sembilan orang Pendeta HKBP dan satu orang warga jemaat, pada tanggal 19-21 Agustus 2010 yang bertempat di Jalan Muhasan II kelurahan Maruyung Kecamatan Limo-Depok. Kegiatan ini juga bisa berjalan dengan baik atas kerjasama HKBP Limo yang dipimpin oleh Pdt.Statistik Siahaan dan Dewan Diakonia HKBP Limo di bantu Pdt.Maruasas Nainggolan Diakonia (Sekhus Kadep Diakonia HKBP).

Peserta pelatihan ini adalah para pendeta dan warga jemaat yang memiliki lahan gereja yang bisa dipersiapkan sebagai tempat pelatihan Bio Teknologi Pertanian dan Peternakan sebagai konsep Pargodungan dan Training Centre. Para Pendeta yang diutus mewakili dari delapan distrik pelayanan HKBP, antara lain dari Distrik Dairi (Pdt.Jahor Purba), Distrik Silindung (Pdt.Zending Sinurat), Distrik Humbang Habinsaran (Pdt Jhom Simbolon dan Pdt Merwin Butar-butar), Distrik Toba (Pdt.Elzas Siahaan), Distrik Samosir(Pdt.Bahari Sitorus), Distrik Sumatra Timur(Pdt.Opsunggu), Distrik Tanah Jawa (Pdt.L.Sigalingging) dan Distrik Jawa Kalimantan (Amang Pasaribu), Kantor Pusat HKBP (Pdt.Maruasas Nainggolan-Diakonia HKBP).

Kampung 99 Pepohonan di rintis dan dipimpin oleh bapak Eddy Djamaluddin Suaidy.
Dia memahami Allah itu selalu membawa keselamatan. Hidup itu ada tiga tahapan. Hidup ini seperti pohon, yang berkaitan dengan pohon, Taman Eden, Taman Getsemani. Akar menghujam bumi, batangnya menjulang ke langit, maka ada buah. Banyak orang yang khususnya Indonesia mau cepat, langsung ambil buah. Bersedekah seperti pohon, tanpa melihat sekte dan ras, bangsa, semua akan menikmati oksigen dari pohon. Tuhan menganjurkan kita agar kita hidup di dalam taman yang indah.

Pohon tidak akan pernah milih-milih. Tempat ini mengajarkan bagaiaman hidup dalam kebersemaan, ke luar dari kebohongan. Mau tahu pohon harus tahu akar. Kita tidak berbicara perbedaan. Jadilah pohon seperti garam. Ada untuk melayani, bukan untuk melayani. Bangunlah kehidupan maka akan lahir kehidupan. Semuanya diawali dari niat kemudian mendidik anak-anak, menggerakkan ekonomi. Membuat gubuk dan penginapan, tumbuhnya dengan alami.

Perlu ada kebutuhan di sebuah komuitas, perlu susu maka dibuat usaha ternak sapi. Kotoran sapi bisa menjadi dinding rumah., kotoran sapi juga bisa membuat anti infeksi. Komunitas ini bisa ada berangkat dari keteladanan. Kita harus belajar dari alam, karena ilmu dan pengetahuan itu diberikan Tuhan berada di Alam. Tuhan akan bekerja di dalam diri orang, jika manusia itu mau merima-Nya. Jangan pernah mengharap pujian dari manusia, karena sebentar mereka juga akan menghujat kita. Tapi biarlah semuanya menjadi pujian kepada Tuhan.

Saat ini mereka ada 15 KK, di mana masing-masing bekerja secara maksimal karena semua kebutuhan hidup mereka dicukupi, anak-anaknya semua dijamin sekolah sampai lulus S3. Managemen mereka masing-masing di pegang oleh setiap keluarga. Satu keluarga yang mengorganiser makanan, yang lain di bidang kebersihan, pertanian dan peternakan.

Pelatihan ini dibuka oleh Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar, yang menekankan pelayanan yang holistik adalah pelayanan yang mencakup seluruh kehidupan yang menggumuli kebutuhan jemaat. HKBP itu harus inklusif, di mana tempat pelatihan ini adalah saudara kita muslim sebuah pengalaman bersama dengan agama lain, di mana mereka bisa menerima kita sebagaimana kita adanya. Hal-hal yang gelap kita selama ini bisa kita lihat di sini cerah.

Bagaimana kita bisa menghadirkan konsep selaras alam, yang telah saudara-saudara kita ini lakukan di perkampungan 99 pepohonan ini. Perlunya kita memulihkan dan menghidupkan pargodungan. Hubungan manusia dengan alam. HKBP harus menemukan fungsinya untuk melayani yang holistik. Terbuka untuk semua bangsa. Jangan selalu bersandar kepada orang kuat saja. Kita harus percaya kalau kita orang yang dipandang tidak bisa berbuat apa-apa bisa berkarya dengan baik, seperti yang ditunjukan oleh Pdt.Statistik. membangkitkan gereja Limo. Membangkitkan pembaharuan dan perubahan.

Dalam pelatihan ini diajarkan: Pengenalan bangsa-bangsa ternak, Usaha-usaha peternakan, perbanyakan ternak, penggemukan ternak, Usaha ternak perah, membuat kandang, Perawatan ternak, pengenalan hijauan makanan ternak, pembuatan pakan konsentrat, pembuatan pellet, Reproduksi dan kesehatan ternak, pengolahan hasil peternakan seperti susu, yoghurt, pengolahan limbah ternak, pengolahan sampah rumah tangga.

Tuhan memberkati semua peserta pelatihan semoga bisa mengembangkannya ditempat pelayanan masing-masing dan semuanya untuk menggerakkan kehidupan jemaat untuk kemuliaan nama Tuhan. Bravo Diakonia HKBP-Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja.

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

Senin, 30 Agustus 2010

Breaking Comfort Zone GSM HKBP Sukabumi

Breaking Comfort Zone GSM HKBP Sukabumi

Pada hari Senin-Selasa Tanggal 16-17 Agustus 2010, Guru-guru Sekolah Minggu HKBP Sukabumi mengadakan pelatihan dan pembinaan di Puncak Kana Bogor. Pelatihan ini diikuti oleh 19 orang peserta, diantaranya 6 orang parhalado yaitu: Biv. Mintaria Manullang, St.Josper Lumbangaol (Dewan Koinonia), St. Manganahon Sitorus, St. Besly Sitorus, CSt Parmahan Sitorus, CSt P.Pasaribu, Nuning Sitompul, S.Nainggolan, Yustin Ringoringo, Lasdiana Sinambela, Iwana Lubis, Hetty Simbolon, Veronika Simangunsong, Nelly Sandufri Lumbangaol, Juliana Aritonang, Mely yulianti Rumapea, Heni Simarmata, Hotdina Gultom, James Lubis (Sie.Sekolah Minggu).

Pembinaan dan pelatihan ini diberi tema “Breaking Comfort Zone GSM HKBP Sukabumi” yang dibawakan oleh Pdt. Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)-Sekhus Kadep Diakonia dari Departemen Diakonia Kantor Pusat HKBP Tarutung, dalam pelatihan ini juga ada sesi pembinaan seperti: Bagaimana memilih metode mengajar yang tepat, Karakteristik Anak Sekolah Minggu, Memahami Krisis dalam Kehidupan Manusia, Efektivitas Metode, Receiving and Appreciating-A Teaching Skill, Menentukan Nilai dari Taksonomi Bloom (Kognitif, Afeksasi, Psikomotorik), Alat Peraga dan lagu-lagu permainan.

Acara pembinaan dan pelatihan ini semakin seru dan menantang, di mana diakhir sesi ditutup dengan kegiatan out door training seperti: leadership training, Team work, dan Character Building. Semua peserta sangat senang dan tidak sabar lagi untuk memprektekkannya ketika mengajar anak-anak sekolah minggu. Beberapa evaluasi dari pembinaan ini berharap HKBP segera memiliki Training Centre sendiri, secara khusus di daerah Jawa, agar pelatihan-pelatihan seperti ini bisa dilakukan sesering mungkin bukan hanya pada guru-guru sekolah minggu saja, tetapi juga buat anak-anak sekolah minggu, remaja, naposo bulung dan acara kebersamaan dengan pemuda-pemuda lintas agama dan budaya.

Tuhan memberkati semua pelayanan Guru-guru Sekolah minggu HKBP Sukabumi, dan pelayanan HKBP secara khusus Diakonia HKBP yang turut memikirkan pengembangan pendidikan di HKBP melalui pelatihan-pelatihan bersama dengan Alam di seluruh wilayah pelayanan HKBP. Bravo Diakonia HKBP-Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja.

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP.

Rabu, 11 Agustus 2010

YAYASAN PENDIDIKAN SEKOLAH HKBP DI BAWAH NAUNGAN BADAN PEYELENGGARA PENDIDIKAN (BPP) HKBP

YAYASAN PENDIDIKAN SEKOLAH HKBP
DI BAWAH NAUNGAN
BADAN PEYELENGGARA PENDIDIKAN (BPP) HKBP

Pada hari Senin tanggal 09 Agustus 2010, HKBP melalui Departemen Diakonia HKBP dan Badan Penyelenggara Pendidikan (BPP) HKBP melakukan acara Pengangkatan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan Sekolah HKBP di bawah naungan BPP HKBP. Di Universitas HKBP Nommensen Medan. Acara ini dihadiri oleh 31 kepala Sekolah, 15 Dewan Pengurus Sekolah, 11 Dewan Pengawas Gereja, 8 dewan Pembina.
Berikut adalah nama-nama Dewan Pengurus dan Pengawas Yayasan Pendidikan Sekolah HKBP yang diangkat adalah:
Ketua Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP P.Siantar: St.Luat Hasudungan Sidauruk, SE; Sekretaris Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP P.Siantar: Drs.Jonny Siregar; Bendahara Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP P.Siantar: Hotmika Situngkir, Amd; Dewan Pengawas YP Sekolah HKBP P.Siantar: Pdt.Pieter M.Th, Pdt.Balosan Rajagukguk,MS, Dra Nurkiah Nainggolan.
Ketua Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Tobasa: St.M.Manullang, SPd; Sekretaris Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Tobasa: Drs.Viktor. M Panjaitan; Bendahara Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Tobasa: Diak.Tio Sihombing; Dewan Pengawas YP Sekolah HKBP Tobasa: Pdt.Armada Sitorus MTh, Pdt.Pahala Simanjuntak S.Th.
Ketua Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Humbang: St.Pantur Sihombing; Sekretaris Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Humbang:St.Tumbur M Sihombing; Bendahara Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Humbang:St.Baginda Sihombing; Dewan Pengawas YP Sekolah HKBP Humbang:Pdt.Bonar Nababan DPS, Pdt. Jendyaman Gultom.
Ketua Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Taput: Tota Situmeang S.E; Sekretaris Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Taput: Darwim Lumbangaol MM; Bendahara Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Taput: Tiurma Silitonga SE ; Dewan Pengawas YP Sekolah HKBP Taput: Pdt.Sahat Manogari Silitonga S.Th, Pdt.darwin Sihombing S.Th.
Ketua Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Sibolga: Panusunan Hutabarat; Sekretaris Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Sibolga: Jhonny S; Bendahara Dewan Pengurus YP Sekolah HKBP Sibolga: K.Tampubolon; Dewan Pengawas YP Sekolah HKBP Sibolga :Pdt.Rich Janson Simamora S.Th, Pdt Sahat Siahaan Sm Th.
Dalam khotbahnya Kadep Diakonia mengatakan,” Kita harus mampu mengembalikan tugas panggilan kita, dengan mampu melakukan pemuridan, yang menampakkan misi belas kasih dari Tuhan. Perkembangan gereja-gereja di Timur Tengah di mana mayoritas Islam. Sebelum abad 12 pada umumnya di Timur Tengah adalah Kristen seperti di Irak, Iran, Kazakstan. Tapi kenapa kita langsung lenyap di sana dan kita tidak bisa menunjukkan eksistensi kita.
Ini menjadi pembelajaran bagi kita, menjelang 150 tahun HKBP, apakah kita masih dapat eksis? Kalau kita lihat jubileum HKBP 200 tahun HKBP, apakah kita punya antisipasi? Karena kita semua yang hadir saat ini sudah tidak ada lagi. Jadi apa yang harus kita lakukan saat ini?
“Kita harus bangkit, secara khusus bidang pendidikan. Bagimana gereja kita yang dikatakan besar ini tapi pendidikannya dan sekolahnya tidak berkembang dan tidak ada kemajuan, kita harus bisa melihat bahwa pendidikan adalah bagian integral dari pelayanan gereja. Tugas kita sekarang adalah membangun lokomotif yang baik yang bisa membawa banyak kemajuan. Kita harus percaya kepada BPP untuk bisa menyelenggarakan pendidikan dengan baik. Sebagai mitra dan jaringan kita.

Sesudah tahun diakonia 2009 yang lalu, hampir semua Distrik HKBP mendirikan TK yang saat ini sudah berjumlah 72. Coba kita lihat situasi gereja kita saat ini, salah satunya adalah HKBP Pondok Timur Indah, kasus penutupan gereja. di Semua jemaat dan pendeta kita yang di sana beribadah dipukuli. Ini adalah suatu kebodohan. Dulu gereja kita bisa berdiri dan tidak ada masalah. Tapi kenapa sekarang banyak masalah? Kebodohan ini sangat mengerikan, kalau masih selalu memikirkan balas dendam, keributan, kekerasan dan memaksakan kemauan dan kehendak sendiri kia hancur. Ingatlah Tuhan akan selalu memberkati semua perjuangan kita untuk melakukan perubahan yang baik, secara khusus dibidang pendidikan ini.dan apa yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. HKBP harus memperhatikan pendidikan kepada semua anak-anak, secara khusus kepada semua warga jemaat.

Tota Situmeang SE mewakili Dewan Pengurus mengatakan,” Kita patut mengucup syukur kepada Tuhan, karena kita masih diberi kesempatan untuk berkarya dan melayani di bidang pendidikan di HKBP kita ini. Kita harus punya niat yang tulus untuk memberdayakan, membangun pendidikan diakonia HKBP dengan lebih maksimal.

Pdt.M Silitonga Praeses Distrik Silindung mewakili Dewan Pengawas, mengatakan,”Kita harus mampu bekerja sama secara sinergis antara pengurus dan pengawas. Kita yang hadir saat ini menjadi perintis. Bagaimana menghadirkan pendidikan yang lebih baik lagi dan lebih berkualitas.

Ibu Devi (Ketua BPP HKBP) mengatakan, ”Orang Batak memiliki otak yang cerdas, di Kalimantan sekolah sekolah bubar dengan sendirinya karena tidak memilki SDM. 80% anak-anak pemuda di penjara Cipinang adalah orang Batak. Para pengacara yang hebat adalah orang batak. Mari kita membangun generasi orang Batak. BPP dapat membantu mencerdaskan bangsa. Mari kita memohon penyertaan Tuhan untuk semua kegiatan kita ini, dibutuhkan komitmen dan kerja keras untuk mencerdaskan generasi-generasi anak bangsa.

Kadep Diakonia HKBP Pdt.Nelson Siregar menutup dengan penekenan,” Di orang Batak banyak sekali kritik, kita coba biarkan roh Tuhan bekerja di dalam diri kita, walaupun kita lemah. Pengurus dan Pengawas. Kita sama-sama melakukan dan mengerjakannya. Masih banyak yang harus kita perjuangkan. Mari kita berdoa kepada Tuhan, agar semua kita ditamahkan-Nya hikmat dan kebijaksanan kepada kita. Supaya kita bersatu mengerjakan ini. Pendidikan harus dikelola dengan mandiri oleh BPP. Tidak ada dikatakan bahwa BPP di bawah Diakonia tapi mengkordinasi. Departemen Diakonia HKBPsenang untuk turut membantu BPP meningkatkan pelayanan Pastoral akan pentingnya pendidikan. Kita sangat bersuka cita untuk semua ini. Ini salah satu yang menjadi monumental di Jubelium HKBP 150 tahun HKBP. Tuhanlah yang akan menguatkan kita semua.

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

Sabtu, 07 Agustus 2010

Bencana Alam Puting Beliung di Bosar

Puting Beliung di Bosar

Pada hari Minggu 02 Agustus 2010 jam 15.30 terjadi bencana puting beliung di desa Bosar Dolok, Bosar Toroan dan Bosar Kapal Tanah Jawa Siantar. Tidak ada korban jiwa tetapi 72 rumah rusak, 45 rumah diantaranya tidak punya atap lagi.

Pada hari Kamis tanggal 05 Agustus, HKBP melalui Departemen Diakonia mengunjungi warga masyarakat di sana, secara khsusus warga jemaat HKBP untuk turut memberikan bantuan dan sekaligus mendoakan semua warga masyarakat melalui acara ibadah bersama. Acara ini dipimpin langsung oleh Amang Kadep Diakonia HKBP Pdt.Nelson Siregar di dampingi oleh Kepala Biro Caritas Emergency HKBP Pdt.Eden Siahaan, Pdt.Maruasas Nainggolan (Staf khusus Kadep Diakonia), Pdt.Maston Hutasoit (Biro Transformasi Sosial). Selain itu juga ditemani juga beberapa pendeta dari Distrik Tanah Jawa yang dipimpin oleh Amang Praeses Pdt.Tendens Simanjuntak.

Dalam acara ibadah Amang Praeses Tendens Simanjuntak memberikan penekanan “Carilah Tuhan” apapun yang terjadi dalam hidup ini. Fenomena alam yang terjadi saat ini tidak bisa lagi diantisipasi bahkan diprediksi akibat kerusakan alam dan perubahan iklim yang terjadi.

Sebelum memberikan bantuan dan Si pirni tondi, Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar menyampaikan banyaknya bencana alam yang terjadi dalam kurun lima tahun ini. Bencana yang beruntun terjadi di mana-mana, secara khsusu di Sumatra dimulai dari Bencana Alam Tsunami di Aceh tanggal 25-26 Desember 2004. Banyak orang yang mengatakan, bencana yang terjadi di Aceh yang memakan korban kurang lebih 250 ribu orang adalah untuk memberikan pelajaran bagi saudara-sauadara kita di sana yang berbeda agama dengan kita, padahal banyak orang Kristen yang juga korban dalam bencana alam tersebut. Begitu juga dengan bencana alam di Yogya, Padang dan tanah longsor di Samosir dan Hutajulu Tapanuli Utara.

Ini yang perlu kita evaluasi bahkan yang harus kita perbaiki dalam perjalan hidup kita di dunia ini. HKBP dalam hal ini turut memberi bantuan kepada semua warga masyarakat bahkan juga warga gereja yang bukan HKBP dan beragama lain. Mari kita tetap bersama dengan Tuhan. Di dalam Dialah kita beroleh kekuatan, penghiburan dan pertolongan untuk selama-lamanya. Tuhan memberkati kita semua.

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

Jumat, 30 Juli 2010

Diakonia HKBP-Sidikalang Terbakar

Jalan Sulang Silima dan Jalan Damar Sidikalang Kebakaran

Hari Minggu tanggal 18 Juli 2010 jam 09.30. Terjadi kebakaran di jalan Sulang Silima dan jalan Damar Sidikalang. Tidak ada korban jiwa, tapi rumah yang terbakar sebanayak 32 KK. Jemaat HKBP 11 KK, 10 KK warga jemaat HKBP Sidikalang I, 1 KK HKBP Sidikalang II, selebihnya saudara-saudara kita yang beragama lain.. HKBP Sidikalang I sudah memberikan bantuan sebesar Rp. 5.518.000 sambil mengadakan ibadah bersama pada hari Minggu tanggal 25 Juli 2010, begitu juga bantuan dari Kantor Pusat HKBP juga sudah diberikan, melalui Biro Caritas Emergency yang dipimpin lagsung oleh Pdt.Eden Siahaan.
Pada hari Senin besok tanggal 02 Agustus 2010 Distrik VI Dairi, yang dipimpin langsung oleh Amang Praeses juga akan mengadakan ibadah bersama sekaligus menyerahkan bantuan kepada semua jemaat termasuk yang bukan warga gereja HKBP. Bagi kita semua juga yang terdorong hatinya untuk memberikan bantuan bisa menghubungi Praeses Distrik VI Dairi Pdt.Elieser Siregar HP 08126814496; Pdt Resort Sidikalang I Amang Simarmata HP 081361608047. Tuhan memberkati dan menghibur semua keluarga kita yang mengalami musibah.

Daftar Nama-nama Korban Kebakaran
Di Jl. Sulang Silima dan Jl. Damar Sidikalang
Pada hari Minggu tgl. 18 Juli 2010.


No Nama Pemilik/ Pengontrak Rumah Alamat Jemaat Keterangan
1 R. Siahaan Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
2 R. Siahaan Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
3 F. Lumbantobing Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
4 T. Simanjuntak Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
5 G. Sihombing Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
6 Lamasi Sitorus/ Hutagalung Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
7 Lamasi Sitorus Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
8 T. Tambunan Jl. Sulang Silima Terbakar
9 J. Siregar/ Tampubolon Jl. Sulang Silima Terbakar
10 G. Cibro Jl. Sulang Silima Terbakar
11 B. Simanjuntak Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
12 Ginting/ Manullang Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
13 Garibaldi Tambunan (PENUTURI) Jl. Sulang Silima Terbakar
14 R. Sinaga/ Priston Marbun Jl. Sulang Silima Terbakar
15 Kristo Sinaga/ T. Manalu Jl. Sulang Silima Terbakar
16 Diman Sinaga Jl. Sulang Silima Terbakar
17 J. Nainggolan/ Lumbanbatu Jl. Sulang Silima Terbakar
18 B. Sinaga (+)/ Simanjuntak Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
19 A. Manalu/ Hutauruk Jl. Sulang Silima Terbakar
20 E. Sirait Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
21 H. Situmorang Jl. Sulang Silima Terbakar
22 Julkifli Jl. Sulang Silima Terbakar
23 P. Panjaitan Jl. Sulang Silima Terbakar
24 P. Panjaitan Jl. Sulang Silima Terbakar
25 Edison Manullang/ Panggabean Jl. Sulang Silima Terbakar
26 Naiborhu Jl. Sulang Silima Terbakar
27 Jamada Jl. Sulang Silima Terbakar
28 Solo Jl. Damar Terbakar
29 Br. Hutajulu/ Sukry Caniago Jl. Damar Terbakar
30 S. Sinamo/ Sorum Jl. Damar Terbakar
31 Silalahi/ br. Lumbantobing Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar
32 T. Tambunan/ br. Sianturi (SASTA) Jl. Sulang Silima HKBP Terbakar

By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

Rabu, 21 Juli 2010

SERVANT WITH THE NATURE DEPARTEMEN DIAKONIA HKBP & YAYASAN PETRASA

SERVANT WITH THE NATURE
DEPARTEMEN DIAKONIA HKBP & YAYASAN PETRASA

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakoinia HKBP

Perkembangan pertanian Indonesia menorehkan sebuah grafik kemunduran yang sampai saat ini tidak memberikan identifikasi untuk bangun dari keterpurukannya. Kehidupan pertanian yang terkatung-katung memberikan gambaran ketidakberpihakan pemerintah kepada masyarakatnya yang 70 % adalah petani. Petani yang tidak siap terhadap pemakaian pupuk dan pestisida kimia serta penggunaan bibit unggul hasil rekayasa genetika telah menggeser bibit lokal yang dimiliki oleh petani.

Persoalan kedepan yang akan terjadi akibat pemaksaan dan penggunaan pupuk, pestisida kimia serta bibit unggul tidak pernah terpikirkan oleh pemerintah. Akibatnya petani menjadi tergantung pada pemakain pupuk, pestisida kimia dan bibit unggul. Tidak menciptakan petani bangsa ini menjadi mandiri dan unggul namun sebaliknya globalisasi konspirasi bermain dibalik mata rantai yang telah berhasil menciptakan ketergantungan pada petani.

Realitas petani kita saat ini sangat memprihatinkan. Dikala pupuk kimia yang semakin melambung tinggi tetapi produksi yang semakin menurun dan harga yang selalu berpihak pada globalisasi koorpirasi. Belum lagi revolusi hijau yang telah meninggalkan luka-luka yang dalam pada tanah dan alam petani kita. Sementara itu untuk kembali memperbaiki tanah dan alamnya petani tidak mempunyai sumber daya yang cukup baik. Globalisasi koorpirasi berhasil membelengggu petani sehingga untuk keluar dari ketergantungan itu begitu sulit.

Realitas petani di Sumatera juga mewakili realitas petani bangsa ini secara umumnya. Ketidakmampuan petani untuk keluar dari ketergantungan sehingga dengan hati yang berat merelakan tanah dan alam Sumatera semakin memprihatinkan kesuburannya. Produksi yang menurun akibat tanah yang semakin rentan terhadap pemakain pupuk dan pestisida kimia, belum lagi hama dan penyakit tanaman yang semakin kebal terhadap segala bentuk pestisida kimia yang diproduksi oleh perusahanaan-perusahaan TNCs.

Melihat realitas petani di Sumatra saat ini, Departemen Diakonia HKBP dan Yayasan Petrasa (Pengenbangan Ekonomi Pertanian Selaras Alam) Sidikalang-Dairi mencoba memberdayakan Potensi Para Pendeta untuk mengawali pelayanan dari petani, melalui pertanian ramah lingkungan yaitu pertanian selaras alam dalam sebuah kegiatan pelatihan dan pendidikan. menggali kembali tekhnologi dan budaya lokal yang sebenarnya telah dimiliki petani dalam mengelolah pertaniannya jauh sebelum revolusi hijau datang pada era 70 an.

Melalui pelatihan Servant with the Nature ini, menyadarkan para Pendeta untuk memerdekakakan petani dan bisa menmandirikan dari keterkungkungannya dalam mata rantai ketergantungan yang telah berhasil diciptakan globalisasi koorpirasi. Dengan demikian kesehatan dan kesejahteraan petani maupuan tanah dan alamnya sedikitnya bisa kembali pulih walau membutuhkan waktu yang lama untuk pulih total.

Oleh karena itu pada hari Rabu-Kamis tanggal 28-29 April 2010 diadakan pelatihan buat para pendeta-pendeta HKBP yang diwakili dari 8 Distrik yang ada di wilayah Sumatera, antara lain Distrik VI Dairi, Distrik Silindung, Distrik Toba, Distrik Humbang, Distrik Sibolga, Distrik Tanah Alas, Distrik Humbang Hasundutan, semuanya berjumlah 32 orang di Training Centre Petrasa Panji Bako Sidikalang-Dairi.

Pesertanya berasal dari HKBP Sigalagala, HKBP Perkembangan, HKBP Sidikalang I, HKBP Sipang Raya, HKBP Panetongah, HKBP Sidikalang IV, HKBP Sirisirisi, HKBP Narumonda Porsea, HKBP Aek Nauli, HKBP Hutaimbaru, HKBP Hutagugung, HKBP Laehole, HKBP Sidikalang V, HKBP Jumaramba, HKBP Pansurnapitu, HKBP Parbubu, HKBP Lumbansoit, HKBP Pollung, HKBP Juamateguh, HKBP Hutatinggi, HKBP Siborongborong kota, HKBP Bahal Batu, HKBP, HKBP Lintongnihuta, HKBP Nagasaribu, HKBP Silaban, HKBP Paranginan, HKBP Parpulungan, HKBP Pasaribu Dolok Sanggul.

Para peserta dilatih untuk mencoba lebih dekat lagi melestarikan dan memelihara alam dengan memberikan pelatihan pertanian dan peternakan alternative dan terpadu. Membuat kompos dan pestida yang terbuat dari tanaman rumput-rumputan. Dan di balut dengan dasar Character Building, Capacity building berdasarkan teladan dan iman akan Yesus Kristus.

Pelatihan ini di buka oleh Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar, dan memberikan beberap sesi, Kadep Diakonia mengatakan,” Kurang tepat lagi kalau sekarang kita masih menekankan profesionalisme pelayanan, bisa kita lihat beberapa persoalan-persoalan yang terjadi di sekira kita, masalah Indorayon yang jelas-jelas salah, tapi dengan adanya orang yang professional indorayon menjadi benar. Pehamanan ini juga bergeser di dalam pelayanan, di mana dasar panggilan kita standartnya profesionalisme

Menurut Kadep Diakona, kita jangan terlalu gampang dan sepele melihat masalah kemiskinan saat ini. Pelayanan kita masih belum holistik dan belum secara sungguh-sungguh menyentuh persoalan-persoalan di atas. Jangan lagi melihat pelayanan pendeta itu dengan sempit. Kita biarkan dulu pemikiran kita lepas dan biarkan itu mengalir. Lihatlah dan perhatikan dari mana kita mulai pembaharuan. Kalau kita merasa kurang dalam hal khotbah, kita bisa buat latihan khotbah. Bagimana dengan pemahaman kita dengan visi misi HKBP yang inklusiv, dan itu sampai sekarang belum sungguh-sungguh diturunkan bahkan dilakukan

Jadi tidak terlalu naïf lagi kalau kita buat pelatihan mempersiapkan praeses-praeses yang bisa memikirkan perjuangan-perjuang kita menemukan para pemimpin yang bisa mengendalikan perubahan (Change Lead). Kita lihat tipe kepemimpinan yang berprinsip saya tidak ok dan Anda juga tidak ok, konsep yang seperti ini mulai menyadarkan kita bahwa kita punya kesadaran. Bagaimana kita menyamakan persepsi. Kenapa Distrik Dairi bisa melakukan membuat Yayasan Diakonia dan distrik-distrik yang lain tidak sampai berpikir sampai kesana? Distrik yang lain yang siap ke sana adalah Distrik Jawa Kalimantan, kita harus sama-sama membangun. Kalau kita tidak sanggup kita kerjasama dan menyerahkan kepada orang yang mampu. Dulu ketika Kadep Diakonia melayani di Sipultak, bisa membuat perubahan dengan mendirikan ayunan. Perubahan tidak harus program yang mahal. Filosopi orang batak bisa dimanfaatkan. Mata Guru Roha Sisean. Kita jangan melihat perubahan itu dari atas, tapi perubahan itu di mulai dari kita bersama.

Yang menarik dari hasil pelatihan ini, semua peserta memilki keprihatinan dan komitmen bersama peduli lingkungan hidup yang isinya adalah sebagai berikut:
Dalam rangka penyambutan Jubileum 150 tahun, HKBP mengharapkan agar segala makhluk (seluruh kosmos) bersuka cita mensyukuri karya keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus, termasuk tanah, hutan, air, gunung dan udara. Sejalan dengan ini HKBP menolak segala bentuk kegiatan atau tindakan apapun yang merusak lingkungan hidup; pengakuan iman HKBP 1951 dan 1996 terbitan kantor pusat HKBP Peraja Tarutung tahun 2000 hal.88-89. Namun setelah mengikuti Pelatihan Servant with the Nature para pendeta HKBP mempergumulkan berbagai masalah yang terjadi terkait dengan lingkungan hidup saat ini, antara lain:

1. Pemanasan globalkarena deforestasi (penggundulan hutan) dan penggunaan emisi carbon yang berlebihan sehingga menimbulkan efek rumah kaca.
2. Kegagalan pertanian akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
3. Urbanisasi pemuda perkotaan untuk meningkatkan taraf hidup (menjadi buruh) namun kehidupan para buruh tidak dapat terjamin.
4. Pemahamaman gereja yang masih cenderung memandang alam sebagai objek manipulasi.
5. Lingkungan persekutuan jemaat yang masih cenderung suam-suam kuku.

Untuk menyikapi masalah yang disebutkan di atas, maka kami para pendeta HKBP Peduli Lingkungan Hidup dengan ini menyatakan komitmen bersama:

1. Menolak segala bentuk tindakan apapun yang berusaha merusak lingkungan hidup dan struktur masyarakat yang memiskinkan rakyat. Sebagaimana yang dimaksudkan pada pengakuan iman HKBP.
2. mendukung setiap kegiatan masyarakat yang mempertahankan hak untuk memperoleh hidup yang layak memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup.
3. Bersedia mengkritisi segala kebijakan pemerintah yang berdaya rusak terhadap kehidupan masyarakat banyak, karena kesejahteraan rakyat adalah kesejahteraan Bangsa dan Negara; sejahtera masyarakt sejahtera Negara.
4. Dalam rangka menyambut Jubelium 150 tahun HKBP, para pendeta HKBP peduli lingkungan hidup mengharapkan segala sesuatu makhluk dapat bersukacita memuliakan Tuhan.
5. Merekomdasikan kepada komisi teologi untuk merumuskan ulang pengkajian teologi hubungan antara manusia dengan alam: Alam juga subjek.
6. Bersedia menjemaatkan dan menerapkan pertanian organic (selara alam) kepada jemaat.
7. Kesediaan merancang bangun liturgy dan ibadah dalam kaitannya dengan lingkungan hidup.
8. Bersedia mengkampanyekan 4 R Recycling (mendaur ulang) reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi pemakaian), replanting (menanam kembali).
9. Merevitalisasi pargodungan gereja sebagai pusat pelatihan dan percontohan di tengah-tengah jemaat dan masyarakat.
10. Membangun greja sebagai lembaga pembinaan dan pengembangan jemaat dan masyarakat, dalam artian gereja sebagai komunitas penyembuh bagi kaum tertindas dan terpinggirkan. Serta sumber inspirasi pembaharuan gereja sehingga gereja kembali berpengaruh sebagai pemimpin perubahan.
11. Peserta mengusulkan adanya penerbitan buku sebagai respon (jawaban) kepada masalah kaum petani dan saling memperkuat hubungan antar jemaat.

Demikianlah keprihatianan dan komitmen bersama diperbuat pada pelatihan Servant with the Nature para pendeta HKBP. Bravoo Diakonia. Sejahtera Masyarakt-Sejahtera Gereja.

“SEMADI” SEJAHTERA MASYARAKAT DAIRI YAYASAN DIAKONIA HKBP DISTRIK VI DAIRI UNTUK YANG PERTAMA DI HKBP

“SEMADI” SEJAHTERA MASYARAKAT DAIRI
YAYASAN DIAKONIA HKBP DISTRIK VI DAIRI
UNTUK YANG PERTAMA DI HKBP

By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia

“Semadi” Sejahtera Masyarakat Dairi adalah Yayasan Diakonia HKBP Distrik VI Dairi untuk yang pertama di HKBP telah dibentuk pada hari Rabu tanggal 27 April 2010. Peserta yang hadir 28 orang, yang terdiri dari para pendeta, sintua dan jemaat. Antara lain dari dari HKBP Parpulungan Nauli, HKBP Hutagugung, HKBP Tigalingga, HKBP Sidikalang V, HKBP Juma teguh, HKBP Jumaramba, HKBP Sidikalang II, HKBP Parongil, Sidikalang I, HKBP perkembangan, HKBP Gloria Sumbal, HKBP Huta imbaru, HKBP Parpulungan Nauli, HKBP Sigalingging, HKBP Sukandebi, HKBP Panji Porsea, HKBP Maranata, HKBP Jumateguh.

Acara ini dibuka oleh Amang Praeses Distrik VI Dairi Pdt.Elieser Siregar dan di isi dengan beberapa sesi dari Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar. Dalam sesi pembinaan dari Kadep Diakonia mengatakan,”Dengan hadirnya Yayasan Diakonia Distrik VI Dairi ini, maka semakin kuat pula pemahaman kita memaknai pelayanan Diakonia, salah satunya adalah bagaimana pentingnya pemaknaan Perjamuan kudus, yang menjadi dasar dikuatkannya spritualitas kita. Praeses harus lebih sering mengadakan Perjamuan Kudus.

Pargodungan kembali dihidupkan. Gereja merespon kemisikinan masyarakat tanpa merusak budaya lokal. Di Bogor tidak ada yang mempelajari Bahasa Sunda, kenapa kita tidak membuat kebaktian bahasa Sunda. Kalau bisa, Yayasan Diakonia Distrik VI Dairi membuat nama centre nya Justin Sihombing Centre atau St.Lusius Centre yang seharusnya sudah bisa kita berikan penghargaan sebagai bapak Diakonia.

Mudah-mudahan dengan hadirnya Yayasan Diakonia HKBP Distrik VI Dairi dapat menghadirkan visi misi lebih jelas. Tantangan zaman di era globalisasi perdagangan kopi sidikalang harus bisa menembus perdagangan Internasional di mana Kabid Diakonia HKBP Distrik VI Dairi sudah berhasil membuka jaringan ke Italia dan Swis. Yayasan Diakonia juga harus bisa menjadi pusat advokasi.

Bagaimana Yayasan Diakonia Distrik VI Dairi melihat masalah fundamentalisme agama, syariah ekonomi perbankan, poligami, sanksi agama, undang-undang pornografi, belum lagi perda-perda yang diskriminatif, seolah-olah dilegitimasi..

Yayasan Diakonia bagian dari tugas gereja harus peduli dengan kelompok petani petani dan gerakan petani, bahkan saya sendiri menuliskan buku Injil kepada petani sampai dua jilid. Kehidupan berjemaat kita saat ini sangat parah, sudah miskin mentalnya juga bebal dan rakus. Kita terlalu gampang di depolitisasi, masyarakt dan gereja. Melalui Yayasan Diakonia Distrik VI Dairi, gereja harua mampu memikirkan politik (Mat 10:16). Kita tidak cukup hanya menonton saja, tapi kita juga ikut bertanding, mengusahakan dan mendoakan. Gereja harus bisa menjadi alat legitimasi kebijakan pemerintah. Bisa kita lihat di konfesi dengan mendoakan pemerintah, supaya mereka tidak bermain-main di sana. Begitu juga dengan kerusakan alam dan bencana alam.
Kenapa kita selalu melihat negativ LSM padahal di Aturan Peraturan kita sudah dikatakan kita bisa mendirikan Yayasan. Selama ini gereja tidak bisa berbuat apa-apa kita ada masalah pertanian masalah peternakan. Kita telah dimarjinalisasi. Di Jakarta jalan sampai bertingkat-tingkat, tapi ditempat kita jalan pun masih lumpur. Coba kita hentikan mobil yang membawa kayu-kayu yang membawa dari hutan kita.

Akibat dari kesenjangan itu merosotlah solidaritas kita, tapi itulah realitas, apakah kita akan membiarkan ini selamanya seperti itu. Apakah Yayasan Diakonia ini bisa hadir jika solidaritas kita tidak ada lagi? Inilah yang dimaksud dalam Konfesi yang membawa tema-tema penting dalam kehidupan social dan lingkungan. Kita belum mengerja hidup. Kita belum mampu menyamakan persepsi untuk melakukan moralitas tunggal. Kita masih berpikir dualis. Melalui Yayasan Diakonia CV atau PT pun bisa dibuka apaun yang bisa kita lakukan merespon persoalan masyarakat.

Kita jangan lagi bertentangan dengan hal itu. Imamat 25 (Momentum Jubelium) berita keselamatan kepada semua mahkluk. Matius 10:16. Gereja diutus ke tengah dunia. Harus cinta akan kehidupan supaya kita berkelimpahan. Kita jangan menggap diakonia ini menjadai charity yang hanya mematikan. Kita dirikan lah yayasan. Kita dapat memperlengkapi diri. Menjamin adanya kesinambungan yang tidak langsung berhenti, harus ada aksi yang dilakukan ditempat pelatihan, harus ada pemberdayaan generasi muda. Menghormati antara generasi, kesinambungan antara kota dan desa, gereja jemaat, dan pemerintah. Lembaga yang mungkin yang kita perlukan adalah adanya lembaga yang menggalang aksi sosial, contohnya dengan penanaman pohon, pengobatan gratis, dan memakai tokoh-tokoh yang ada di perantauan, setelah ada lembaga. Ada juga brand kopi yang ada di distrik atau dari daerah kita. Dengan membawanya kemana saja kita pergi, dan jangan minder dengan yang ada dalam diri kita. Jadi perlu juga center untuk pelatihan sampai ke lansia. Kita juga akan memakai ini pelatihan lansia.

YAYASAN DIAKONIA
“SEMADI”
(Sejahtera Masyarakat Dairi)
DISTRIK VI DAIRI

Susunan Kepengurusan
Periode2010-2014

Pembina
Kadep Diakonia : Pdt.Nelson Siregar
Praeses : Pdt.Elieser Siregar
Pdt Sumurung Samosir
Benpa Nababan
Delvi br Ujung
Aliwongso Sinaga
Saut Silalahi
St.E.Sagala
Tom Sianturi

Pengawas
Pdt. Resort Sidikalang I
Dr.Budiman
O.Lumbangaol
St.Y.br Ginting
St.W.Limbong

Pengurus
Ketua : Pdt.Samuel Sihombing
W.Ketua : Pdt.Melvin Simanjuntak
Sekretaris : Pdt.David
W.Sekretaris : Sekretaris PPND
Bendahara : St.Dame Ginting

Anggota
Herbin Silaban
M.br.Simanjuntak
Nekson Simanjuntak

Visi
Mensejahterakan masyarakat dan warga gereja melalaui pelayanan diakonia yang holistik.

Misi:
1. Mencerdaskan masyarakat dan warga gereja
2. Memberdayakan masyarakat dan warga gereja
3. Memelihara lingkungan hidup
4. Membangun kerjasama dengan organisasi masyarakat non pemerintah dan Pemerintah yang sevisi dengan Yayasan Diakonia.

Nilai dan spirit yayasan
Yayasan bekerja atas nilai kasih, kejujuran, adil, transparan, kebersamaan solidaritas dan keseimbangan di dorong atas dasar panggilan untuk memberitakan Injil kepada semua makhluk.

Azas
Pancasila dan UUD 1945

Dasar
Berdasarkan kepada terang dan kasih Tuhan Yesus Kristus yang tertulis 1 Korintus 3:11

Maksud dan Tujuan

Tujuan
1. Merevitalisasi kapisatas warga dan pelayan dalam memahami pelayanan yang holistik
2. Meningkatkan taraf hidup jemaat dan masyarakat melalui pengembangan warga jemaat dan warga masyarakat.
3. Mendorong warga gereja dan masyarakat sebagai pelaku perubahan dalam segala aspek kehidupan.


Maksud
1. Terwujudnya revitaslisasi pelayanan yang holistic
2. Memberdayakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
3. Adanya suatu lembaga atau media untuk menjawab dan merespon perkembangan dan isu-isu yang terjadi di tengah gereja dan masyarakat.

Program
1. Peningkatan Kapasitas warga jemaat dan masyarakat khususnya petani
2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan ekonomi warga berbasis kerakyatan
3. Advokasi lobi kepada pemerintah supaya berpihak kepada masyarakat
4. Kepedulian akan lingkungan hidup
5. Suporting system

Pelantikan tanggal 16 mei 2010

LATIHAN MENJADI PEMIMPIN DESA BERSAMA PARA PENDETA HKBP (KSPPM & Departeman Diakonia HKBP)

LATIHAN MENJADI PEMIMPIN DESA
BERSAMA PARA PENDETA HKBP
(KSPPM & Departeman Diakonia HKBP)

By: Pdt. Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)


Pada hari Rabu sampai Sabtu tanggal 20-22 Mei 2010 KSPPM (Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat) mengadakan pelatihan “Menjadi Pemimpin Desa” di Training Centre KSPPM Girsang I Sipanganbolon Parapat. Di mana para peserta berasal dari berbagai dampingan KSPPM yang berasal dari berbagai daerah seperti Sipahutar, Pangaribuan, Siborongborong, Tarutung dan Samosir.

Jumlah peserta yang ikut berjumlah 35 orang. Peserta Pelatihan ini juga semakin ramai karena dalam pelatihan ini KSPPM juga bekerjasama dengan Departemen Diakonia HKBP, dengan mengundang 15 orang para pendeta HKBP untuk ikut pelatihan. Antara lain peserta yang ikut dari HKBP adalah Pendeta HKBP dari HKBP Hutabarat, HKBP Simorangkir, HKBP Pangaribuan, HKBP Sipahutar, HKBP Lintongniuta, HKBP Huta Tinggi, HKBP Labuhan batu, HKBP Kisaran, HKBP Medan, HKBP Sidikalang dan masih ada beberapa lagi HKBP yang lain di sekitar Samosir.

Beberapa pembicara yang diundang adalah Kadep Diakonia HKBP Pdt. Nelson Siregar untuk memberikan sesi Pemimpin yang mengendalikan Perubahan, Pdt.Sumurung Samosir memberikan sesi Analiusa Sosial, Pdt.Rawalpen Saragih memberikan sesi Refleksi Teologi, Parlin Manihuruk memberikan Pemimpin dalam organisasi dan masih ada beberapa pembicara yang lain. Dari Departeman Diakonia HKBP Pdt.Maruasas Nainggolan dan Calon Pendeta Binsar Nababan.

Kadep Diakonia Pdt. Nelson Siregar dalam sesinya mengatakan,” Kepemimpinan yang bisa melakukan dan mengendalikan perubahan, harus terbuka dengan pengetahuan yang baru dan informasi terbaru. Dan bagaimana kita memperbesar dan memajukannya bersama teman dan rekan-rekan setim. Dan ini tidak bisa otomatis berlangsung tetapi harus dikembangkan dari diri sendiri. Dengan mengembangkan pengaruh kepedulian terhadap sesama. Kita yang harus mempengaruhi situasi dan kondisi. ”Kita harus bisa memperkuat pengaruh ke kelompok kita, itu kalau kita banyak peduli kepada setiap anggota kita. Sensitif mendengar keluhan teman-teman kita. Kalau kita layani dengan baik, maka dia akan mengerti kepribadian kita. Seorang yang bisa memimpin transformative harus banyak di dalam dirinya kepedulian. Kalau kita memimpin rapat, harus kita hormati aturan yang sudah kita sepakati bersama.

Seperti kasus yang terjadi di Muara, Tarutung dan berbgai tempat lainnya di Tapanuli kasus “Begu Ganjang” kenapa bisa terjadi salah satunya karena di sana terjadi krisis kepemimpinan, kesenjangan ekonomi yang tidak bisa diterima dan ditolerir oleh masyarakat. Kasus Begu Ganjang adalah kebodohan dan kemiskinan. Ada pemimpin yang hanya berpikir untuk uang. Hanya kerja dan tidak pernah tidur. Ada pemimpin yang hanya menciptakan musuh dan lawan. Kalau tidak ada masalah tidak sehat dan tidak bergerak. Musuh seorang pemimpin adalah kemiskinan dan kebodohan. Misalnya kalau kita menjadi pemimpin kita apakah kita ada dipengaruhi oleh orang miskin. Apakah roh zaman yang mempengaruhi kita. Kelompok Tani sekarang banyak dipengaruhi roh zaman. Pemimpin sekarang bisa menjadi pemimpin harus banyak uang. Kelompok tani bisa menjadi pemimpin bahkan sampai menjadi Bupati dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ketika para petani berani menyatakan bahwa, “Uang mu itu tidak penting, bagi kami tapi tuntutuan kami setelah Anda terpilih harus memperjuangkan nasib kami.” Kelompok tani harus bisa membangun organisasi ditingkat desa, kabupaten. Haposan di naotik.

Agama mempengaruhi etos kerja, gerakan sosial. Pargodungan sebagai model kepemimpinan dengan membuat sekolah, dibuat juga rumah sakit yang bisa menyembuhkan sakit. Tidak ada lagi konsep kepemimpinan yang tertata, bisakah agama mencerminkan pengaruhnya kepada kepemimpinan. Gerakan moral juga dilakukan Tuhan Yesus, melakukan perubahan, radikalisasi dalam kehidupanNya. Mahatma Gandi perjuangan tanpa suara. Disiksa tapi tidak mundur. Gerakan moral di Myanmar, berjuang tanpa kekerasan. Gerakan petani bisa kita buat bertemu dengan Bupati sekali seminggu, dan benar-benar menyampaikan keluhannya kepada Bupati. Tidak bisa dipaksa oleh keadaan apapun, tidak ada yang bisa mendikte. Bukan tekanan yang mengubah saya, tetapi tekanan yang akan saya ubah. Kalau mau mengubah korupsi kita mulai dari kelembagaan kita. Organik jangan hanya di mulut tetapi juga yang harus dilakukan sekarang mulai dari diri sendiri. Sekarang hampir tidak ada gereja yang mengorganiser kelompok tani.

Komitmen kepimpinan adalah bagimana mengubah masyarakat. Pidato Obama dia mengarahkan perubahan, kaum minoritas bisa memimpin. Kelompok tani bisa memilih bupati yang berpihak kepada Petani. Kalau ada keberanian mengatakan Perubahan harus terjadi. Apa sebenarnya arti hidup dalam hidup kita, kita mau mengumpulkan apa? Kita mau mencari makna. Apa yang sebenarnya kita cari sekarang? Kenapa tidak ada kepedulian terhadap kemiskinan Tidak ada lagi kepeduliaan terhadap sesame. Bagaimana kita berguna bagi orang lain? Bagimana supaya manusia semakin bermartabat, semakin sejahtera? Kelompok tani hancur karena ada bantuan yang datang dan pemimpinnya tidak konsisten.

Di akhir sesinya Kadep Diakonia mengatakan dan menegaskan “Nilai-nilai keyakinan menjadi seorang pemimpin adalah: Sederhana (seperti Gusdur), Bersemangat (Melihat orang yang apatis dibangkitkan), Proaktif, Konsiten (indikator dari orang yang menderita), Yakin pada perubahan, bertindak adil dan jujur. Salam Diakonia “Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja” Bravooo Diakonia HKBP.

By: Pdt. Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP.

PELATIHAN PERTANIAN TERPADU BAGI WARGA JEMAAT HKBP DEPARTEMEN DIAKONIA HKBP & DISTRIK VI DAIRI TC PETRASA PANJI BAKO Jumat-Sabtu 23-24 APRIL 2010

PELATIHAN PERTANIAN TERPADU BAGI WARGA JEMAAT HKBP DEPARTEMEN DIAKONIA HKBP & DISTRIK VI DAIRI
TC PETRASA PANJI BAKO
Jumat-Sabtu 23-24 APRIL 2010

By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)

Pada tanggal 23-24 April 2010 telah diadakan Pelatihan Pertanian Terpadu bagi warga jemaat HKBP Distrik VI Dairi. Peserta yang ikut HKBP Jumateguh, HKBP Jetun, HKBP Huta Gugung, HKBP Sidikalang IV, HKBP Agave, HKBP Sumbul, HKBP Tiga Lingga, HKBP Sukandebi, BPM (Badan Pengurus Mitra) Dairi, HKBP Pansuran, SMK HKBP, HKBP Parpulungan Nauli, HKBP Pansuran. Semua peserta berjumlah 25 orang.

Hadir juga di sana pengurus Badan Pengurus Mitra (BPM) Distrik VI Dairi untuk membuka acara yaitu bapak O Lumban gaol sebagai Ketua BPM, hadir juga pengurus yang lain yaitu Pdt.Nekson Simanjuntak dari HKBP Parpulungan. Ibadah dipimpin oleh Pdt.Adolf Nababan (HKBP Sukandebi). Mereka memberikan masukan dan motivasi kepada semua anggota yang ikut pelatihan agar tetap semangat dan bisa lebih mandiri.

Pelatihan ini kerjasama antara Yayasan Petrasa (Pengembangan Ekonomi Teknologi Selaras Alam) Dairi-Sidikalang, yang dipimpin oleh Pdt.Samuel Sihombing, Departemen Diakonia HKBP dan Bidang Diakonia Distrik VI Dairi. Dari Departemen Diakonia HKBP Pdt.Maruasas Nainggolan dan C.Pdt.Binsar Nababan mengisi sesi Character Building.

Dalam elatihan ini juga, para peserta diajarkan bagaimana mengembangkan pertanian dan peternakan alternative selain ternak babi, dengan melihat juga usaha peternakan bebek, ayam pedaging dan petelur. Begitu juga dengan ternak bebek. Kemudian para peserta juga dilatih untuk membuat pestisida dari rumput-rumputan.

Pelatihan ini cuku berkesan, mereka berharap supaya pelatihan seperti ini diadakan berkelanjutan. Agar pelayanan gereja semakin dirasakan oleh jemaat, khususnya para petani dan peternak yang ada di pedesaan. Bagi kita semua jemaat dan pemuda yang mau iktu pelatihan di Dairi dan Sidikalang dapat menghubungi Pdt.Maruasas Sp Nainggolan HP 081314922872 dan Pdt.Samuel Sihombing HP 081361764990. Salam Diakonia “Sejahtera Masyarakat-Sejahtera Gereja”

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia HKBP.

“Berkat Bagi Semua Orang” Bersama NHKBP Rogate Medan Resort Cinta Damai

“Berkat Bagi Semua Orang”
Bersama NHKBP Rogate Medan Resort Cinta Damai

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)

Apa arti uang kita? kepandaian kita? keterampilan kita? kesehatan kita? kegagahan dan kecantikan kita? Keanggunan dan keluwesan kita? Apa artinya kedudukan kita? Apa arti sukses kita? Apa artinya nama baik kita? Apa makna semua itu kalau ternyata dalam waktu sekejap dapat lenyap? Kalau dalam waktu singkat musuh menyamar, berbaju teman dapat menghancurkan kita? Kalau bahkan pemerintah atau pembesar kita tidak mampu dan tidak berdaya menyelamatkan kita? Apa arti semua itu?

“Hidup yang berkualitas, bermakna dan berkat bagi semua orang”. Adalah tema pelatihan dan pembinaan sekaligus Reatreat NHKB Rogate Medan Resort Cinta Damai yang diadakan pada hari Jumat-Minggu tanggal 28-30 Mei 2010 di TC Porlak INRI Hutatika Panji Bako Sidikalang Dairi.

Pelatihan ini berisi muatan Leadership, Teamwork dan Character Building kerjasama dengan Departemen Diakonia HKBP, dan Bidang Diakonia Distrik VI Dairi. Pelatihan ini di bina oleh Pdt.Maruasas Nainggolan dan C.Pdt.Binsar dari Staf Departemen Diakonia dan Pdt.Samuel Sihombing Bidang Diakonia Distrik VI Dairi. Rombongan peserta yang berjumlah 36 orang ini dipimpin oleh St.Hutabarat dari HKBP Rogate yang sekaligus juga pembina Naposobulung di sana. Mereka juga di damping 3 orang utusan orangtua.

Dalam pelatihan ini, mereka juga di latih bagimana mencintai lingkungan hidup dan alam sekitar dengan mengembangkan berbagai pertanian organik yang selaras dengan alam. Mereka juga melihat dan mencoba merefleksikan pengembangan petenakan yang ada di sekitar TC yang juga adalah pelatihan bagi petani muda.

Acara ini ditutup dengan ibadah bersama di HKBP Sidikalang I, khotbah dipimpin Pdt.Maruasas Nainggolan. Habis ibadah, Naposo Bulung HKBP Sidikalang I menyambut dengan baik kedatangan NHKBP Rogate. Dan mengadakan acara ramah tamah sekaligus makan siang.
Tidak lupa juga, NHKBP Rogate Medan untuk berkunjung ke Taman Wisata Iman Sidikalang-Dairi. Pelatihan dan sekaligus Reatreat ini bagi NHKBP Rogate begitu berkesan, tidak pernah membayangkan sebelumnya akan mendapatkan pembinaan seperti ini. Di acara puncak “jalan malam” sebelum api unggun semua peserta menangis dan tidak sadar meneteskan air mata, betapa selama ini kita belum melakukan sesuatupun yang berarti sampai saat ini.

Semua berjanji akan sungguh-sungguh memakai hidup mereka untuk melakukan hal-hal yang berguna untuk semua orang, manusia yang bermakna dan menjadi berkat bagi semua. Trimakasih banyak buat pelatihan ini. Tuhan memberkati pelayanan kita semua. Secara khusus buat Departemen Diakonia HKBP dan TC Porlak INRI. Hidup HKBP, Sejahtera Masyarakat-Sejahtera Gereja. Bravoo Diakonia HKBP.

By: Pdt.Maruasas Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia HKBP.

Character Building Parguru Malua HKBP Sirisirisi-Diakonia HKBP

Character Building
Parguru Malua HKBP Sirisirisi-Diakonia HKBP

By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)


Pada hari Sabtu sampai Minggu tanggal 15-16 Mei 2010, 20 orang Parguru Malua HKBP Sirisirisi mengadakan pelatihan Character Building di Training Centre Yayasan Petrasa Porlak INRI (Inspirasi dan Refleksi Iman) Panji Bako Huta Tika II Sidikalang Dairi. Rombongan ini dipimpin oleh Pdt.Resort HKBP Sirisirisi Pdt.Haposan Sianturi S.Th bersama Inang Pendeta dan dua orang sintua.

Selama dua hari para Parguru Malua dilatih untuk bisa mengenal dan memaknai dirinya sebagai anak-anak Tuhan yang sudah dipilih sebagai saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini mewartakan dan menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Mereka semua sampai meneteskan air mata ketika menyampaikan komitmen masing-masing dan berjanji tidak akan melakukan dan mengulang kembali sifat-sifat dan kebiasaan buruk yang selama ini masih sering dilakukan.

Pelatihan ini di bina oleh Pdt.Maruasas S.P Nainggolan dan CPdt.Binsar Nababan dari Staf Departemen Diakonia HKBP. Dalam pelatihan ini juga, para parguru malua dilatih dalam hal Leadership (kepemimpinan), Team work (Kerjasama Tim).

Salah satu kelebihan Training Centre Petrasa, selain tempat pelatihan Character Building tempat ini juga diperlengkapi sebagai pusat pelatihan Pertanian dan Peternakan. Di sana Parguru Malua bisa belajar peternakan kelinci, ayam daging, ayam petelur, bebek, babi dan kerbau. Dan bagaimana kotoran ternak bisa dibuat menjadi pupuk kompos organik.

Para peserta yang mengikuti acara dan kegiatan ini sangat berkesan, mereka berharap bisa datang lagi untuk mengikuti pelatihan seperti ini. Apalagi anak-anak parguru malua, sebelum naik sidi perlu sekali dibuat acara seperti ini, karena dalam pelatihan ini karakter kita sebaghai anak-anak Kristen lebih dibentuk dan lebih dalam lagi mengenal Yesus Kristus. Dan kita semua disiapkan menjadi saksi-saksi-Nya di tengah dunia ini, dimanapun kita berada.
“Semoga HKBP punya Training Centre Porlak INRI yang bisa melatih semua pemuda seperti yang mereka dapatkan di tempat ini.

Bagi teman-teman yang yang mau ikut pelatihan seperti ini, dalam hal Character Building, Team work. Leadership dan Out Bound dan Latihan Pertanian dan Peternakan Selaras Alam. Bisa menghubungi TC Porlak Petrasa: Pdt.Maruasas Nainggolan (HP 081314922872), Pdt.Samuel Sihombing (HP 081361764990).

Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN
HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)

Pada hari minggu tanggal 11 Juli 2010 HKBP Sibuntuon Resort Balige merayakan Jubileum 125 tahun. Perayaan ibadah syukur ini dipimpin oleh Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar dan beberapa pendeta dari kantor pusat HKBP yang mendampingi adalah: Pdt.Maruasas Nainggolan (Sekhus Kadep Diakonia), Pdt.Maston Hutasoit (Biro Transformasi Sosial), Pdt Samuel Sitompul (Wakabiro Personalia), Pdt.Renitiar Purba (Kep.Biro Outrich).

Ibadah ini dimulai jam 10.30 WIB, dalam khotbahnya Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar menekankan Jubileum yang menekankan pembebasan kepada orang tertindas, lemah, menderita, kemiskinan dalam budaya Bangsa Israel yang diperingati pada hari ketujuh adalah hari peristirahatan, Allah yang menciptakan Alam semesta dan segala isinya, satu kali dalam tujuh tahun mereka peringati sebagai pembebasan mereka dari perbudakan Bangsa Mesir. Dan tujuh kali tujuh pada tahun ke lima puluh adalah tahun pembebasan bagi seluruh makhluk hidup dari semua utang, pembodohan, kemiskinan, penindasan dan penderitaan.

Perayaan dan peringatan akan sejarah inilah yang membuat orang Yahudi sampai sekarang menjadi bangsa yang maju, berhasil bahkan ditakuti oleh semua bangsa. Karena sejarahnya diturunkan secara turun temurun untuk selalu diingat dan dihayati secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu dalam Jubileum 125 tahun HKBP Sibuntuon jangan melupakan generasi muda. Kita sering kali melupakan pelayanan kita kepada anak-anak sekolah minggu, remaja dan pemuda. Oleh karena itu dalam perayaan Jubileum 125 tahun HKBP Sibuntuon ini anak-anak remaja harus dilatih, dibina dan sungguh-sungguh dipersiapkan.

Sejarah berdirinya HKBP Sibuntuon tidak lepas dari jasa Pdt.Pilgram yang menyampaikan kabar suka cita dengan penuh pergumulan dan tidak mengenal putus asa mulai dari Peatalun ke Sibuntuon. Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar kembali mengingatkan, betapa sulitnya kita untuk percaya dan menerima ajaran Firman Tuhan. Sekarang saja kita sulit sekali untuk diajari bahkan dibina untuk keluar dari kemiskinan, kebodohan, iri hati yang pada akhirnya kita mudah sekali terbawa isu begu ganjang seperti yang terjadi di Sitanggor Muara, yang pada kenyatannya itu tidak ada.

Inilah pengorbanan para misionar ke tanah batak, sekarang ini saja kita sangat sulit untuk diarahkan, untuk bisa percaya, memahami dan menghayati Firman Tuhan dalam kata dan perbuatan, apalagi dulu zaman para misionar. Tetapi atas kasih Tuhan kepada Bangsa Batak pada tahun 1834 Tuhan mendengarkan doa seorang ibu di tanah Amerika yaitu Ibu Pdt.Henrik Lyman yang mati terbunuh ketika misionar ini menginjili ke tanah Batak. Lahirlah Nommensen di tanah Jerman dan berhasil mengabarkan Firman Tuhan ke tanah Batak.

Dalam kesempatan bimbingan dai pimpinan HKBP Amang Kadep Diakonia juga menyampaikan ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah menguatkan semua jemaat, parhalado HKBP Sibuntuon yang tidak pernah berhenti untuk bersaksi dan melayani Tuhan di tengah-tengah pergumulan zaman sekarang yang sudah semakin berat, terutama persoalan ekonomi. Oleh karena itu ada baiknya kepada anak-anak rantau jemaat HKBP Sibuntuon yang sudah banyak membantu gereja terus mau membangun bona pasogit. Ada usul kalau bisa untuk membantu dan menggerakkan jemaat saat ini kita bisa meniru program yang sekarang berkembang di silindung yaitu “Pria Jantan Sejati” suatu kriteria bagi satu kepala keluarga yang akan siap dibantu. Laki-laki sejati artinya: Tidak merokok, tidak hanya dikedai, tetapi bekerja di ladang dan mau membantu isteri di dapur”. Oleh karena itu kalau anak-anak rantau yang berhasil ada baiknya kalau memberi bantuan dengan metode memberikan Rp.200 ribu/bulan kurang tepat. Kalau kita lihat sekarang untuk uang rokok satu bulan itu kurang. Oleh karena itu kalau bisa memberikan bantuan itu langsung saja sekali yang mahal tapi bermanfaat, misalnya ternak babi yang siap kawin, atau bahkan satu ekor anak kerbau. Yang kemudian ini akan digulirkan ketika beranak. Diakhir bimbingannya Amang Kadep memberikan sebuah bingkai ucapan selamat dari Ompu Ephorus HKBP Pdt.Dr.Bonar Napitupulu.

Acara ini kemudian ditutup dengan taria-tarian (martumba) dari anak sekolah minggu HKBP Sibuntuon dan penyerahan ulos kepada pimpinan HKBP yang diwakili Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar dan kepada semua Parhalado dan Pendeta yang pernah melayani di HKBP Sibuntuon. Tuhan memberkati pelayanan kita semua.

By: Pdt.Maruasas Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia

MEMBERIKAN PENGHIBURAN

MEMBERIKAN PENGHIBURAN

By: Pdt.Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)

Amang Kadep Diakonia mengunjungi dan memberikan penghiburan kepada keluarga Guru L.Sianipar pada hari Senin 12 Juli 2010. di rumah dinas tempat pelayanannya yang terakhir HKBP Laguboti godung. Karena Guru Lesman Sianipar telah lebih dahulu dipanggil Tuhan diusianya yang berumur 53 tahun, pada tanggal 11 Juli 2010.. Meninggal lima orang, dua permepuan dan tiga laki-laki. anaknya yang paling besar sudah diterima menjadi calon pendeta di HKBP melayani di HKBP Binjae. Dikuburkan pada tanggal 16 Juli 2010. Rombongan dari Kantor Pusat adalah Pdt.Maruasas Nainggolan dan Pdt Maston Hotasoit, didampingi juga Praseses Toba Hasundutan Pdt.Armada Sitorus, Praeses HKBP Toba Pdt.Sibarani dan Pdt Resort HKBP Laguboti godung.


By: Pdt.Maruasas Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

PEMBINAAN DAN PELATIHAN DIAKONIA DI DISTRIK TOBA HASUNDUTAN

PEMBINAAN DAN PELATIHAN DIAKONIA
DI DISTRIK TOBA HASUNDUTAN

By: Pdt.Maruasas Nainggolan

Pada hari Senin 11 Juli 2010, diadakan pembinaan dan pelatihan di distrik Toba Hasundutan. Pembinaan dan pelatihan ini langsung dari Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar dan di dampingi oleh dua orang staf yaitu Pdt.Maruasas Nainggolan (Sekhus Kadep Diakonia), Pdt.Maston Hutasoit (Biro Transformasi Sosial).
Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar menjelaskan ada tiga tantangan berat saat ini, yang Pertama adalah Globalisasi, misalnya dalam pertanian semua jenis buah-buahan yang kita konsumsi saat ini sudah masuk dari berbagai negara, yang sebenarnya itu sudah lama dan sudah diawetkan melalui suntikan. Contoh sederhana Ketika kita potongbuah apel, lalu kita biarkan lima menit, warna daging buahnya langsung hitam. Begitu juga dengan kacang garuda yang bersih padahal sudah di rinso. Kita lihat sekarang perkembanagan HP yang ada di anak-anak SD, SLTP yang sudah susah dibendung. Siapa yang pintar itu yang maju, yang bodoh akan dilindas dan tertinggal.
Ada sebuah tawaran sekarang, yaitu pengembangan tanaman tiung. Dengan potensi ini kita bisa kita pengaruhi pasar dunia seperti kopi lintong dan sidikalang. Gereja perlu membuat kelompok tani. Kedua adalah : Demokrasi, di mana semua bisa hancur, termasup kita karena yang jahat juga hidup. Seperti Indorayon yang semua menebang kayu bahkan tanah adapt pun habis. Kebebasan beribadah tidak ada lagi. Gereja harus kembali diingatkan, bagaimana kita semua Parhalado membina anak-anak sekolah minggu, remaja, pemuda. Karena anak-anak yang sudah dibina supaya orangtuanya juga bisa diajak untuk bisa bangkit kembali.

Ketiga adalah kebangkitan dari Karismatik dan gereja Baptis. Program Pria Jantan Sejati (tidak merokok, tidak minum-minum keras, kerja di ladang, membantu isterinya di rumah dan didapur) mereka-mereka inilah yang akan dipilih untuk latihan di bogor akan diberikan lembu bahkan bentuk pinjaman pun akan diberikan. Para ibu harus memperhatikan pola makan di dalam keluarga. Seperti halnya sayur dan buah sebagai konsumsi yang sehat buat keluarga. Kita perlu kritis. Perlu perubahan sikap dan paradigma. Yang tidak sama dengan dunia ini. Bagaimana kita menanamkan itu kepada pemikiran jemaat kita. Sehingga kita memehami kehendak dari Tuhan

Perlu adanya centre di toba sebagai pusat pelatihan dan percontohan. Kalau bisa tempatnya di Tampahan, Peatalun, Sibodiala. Kalau ada tempat tersebut maka para DPRD akan kita bawa ke sana, untuk bisa melihat dan membantu program kita. Kita harus yakin kalau kita bisa buat perubahan. Dan kita bisa bawa Ir. Fritz yang bisa menampung produksi tiung sebanyak apapun dengan harga standart, dan bahkan bisa melatih dan menyediakan bibit. Kita jual banyak tapi harga tidak jatuh tapi menetap. Tiung suatu tanaman yang tidak terlalu susah untuk ditanam. Salam Diakonia “Sejahtera Masyarakat, Sejahtera Gereja”.


By: Pdt.Maruasas Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

PELATIHAN DAN PEMBINAAN DIAKONIA DI HKBP PAKKAT By: Pdt. Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)

PELATIHAN DAN PEMBINAAN DIAKONIA DI HKBP PAKKAT
By: Pdt. Maruasas Nainggolan S.Si (Teol)

Pada hari Selasa tanggal 13 Juli 2010, diadakan pelatihan diakonia di HKBP Pakkat. Pembinaan ini langsung dipimpin oleh Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelson Siregar, didampingi dua orang staf yaitu Pdt.Maruasas Nainggolan (Sekhus Kadep Diakonia) dan Pdt Maston Hutasoit (Biro Transformasi Sosial).

Beberapa hasil dari pembinaan dan pelatihan ini menghasilkan beberapa komitmen dan kesepakatan bersama akan mengadakan program, dalam waktu dekat mengundang Jamsostek. Selain itu mengembangkan secara serius potensi yang ada di pakkat, antara lain pohon aren yang banyak tumbuh dan kualitasnya bagus tentu bisa dikembangkan untuk membuat gula merah. Bagimana supaya gula merah itu memiliki nilai jual yang tinggi.

Amang Kadep Diakonia memberi masukan dengan memberi contoh gereja Katolik, yang memiliki seminari di siantar, setelah selesai pendidikan di siantar mereka dikirim keparapat bahkan ke tempat ini untuk selama 6 bulan berlatih dan belajar akan alam, seperti halnya menanam rotan. Masalahnya kita sebenarnya adalah belum berangkat dari hati. Coba datang ke Dairi untuk melakukan pembinaan,sebuah center bernama porlak inri. Tidak begitu jauh dari Taman Iman. Di sana kita bisa melakukan pembinaan mulai dari anak-anak sekolah minggu, para remaja yang mau malua menganai charakter building yang harus dipersiapkan mulai dari dini, dan mereka di sana bisa sama-sama belajar bagimana mencintai alam dengan mengembangkan pertanian dan peternakan yang selaras dengan alam.

Amang Kadep Diakonia melanjutkan, dulu pengalaman yang sama seperti yang ada di Dairi saat ini sudah saya lakukan dengan melatih para mahasiwa dan para pemuda dan remaja ketika saya praeses di Samosir dengan membawa mereka jalan kaki ke Pusuk Buhit. Kalau bisa mari kita kembangkan bukit klepert sebagai pusat pembinaan dan pelatihan, untuk mengembangkan segala potensi yang ada di daerah Pakkat ini dan sekitarnya.

Keluhan dari jemaat pada umumnya adalah, jemaat tidak berani untuk meninggalkan pertanian padi, dan semua kebutuhan hidup mereka hanya bergantung dari sawah. Jadi susah untuk dirubah. Amang Kadep Diakonia Pdt.Nelsson Siregar menambahkan, kita perlu dan penting untuk berubah. Bagaimana mengubah kebiasaan itu, salah satunya dengan berbagi dalam pekerjaan. Walaupun tanah kita tidak terlalu luas tapi semua yang ada di sana produktif. Ada sayur-sayuran, buah-buahan. Produksi harian telur ayam dan bebek. Setiap minggu cabe dan sayur-sayuran. Ada baiknya juga membuat Perdes (peraturan desa) untuk sepakat tidak menerima hasil dari luar yang membuat harga hasil tanaman dan ternak menurun atu murah. Salam Diakonia “Sejahtera Masyarakat, Sejahtera Gereja”.

By: Pdt.Maruasas Nainggolan
Sekhus Kadep Diakonia HKBP

MENABUR BENIH - CHANGE MANAGEMENT PARA PENDETA HKBP DAN KEPALA SEKOLAH HKBP/NEGERI

MENABUR BENIH - CHANGE MANAGEMENT

PARA PENDETA HKBP

DAN

KEPALA SEKOLAH HKBP/NEGERI

By: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (teol)

Menabur benih-Change Management Workshop dipersembahkan bagi mereka yang menatap masa depan dengan iman dan yang ingin mejadi “Pembuat Sejarah”

Gereja dan Bangsa.

Pada tanggal 5-8 Juli 2010 di Sopo Toba Hotel Samosir diadakan pelatihan “Change Managament” kepada 87 orang pendeta dan 47 Kepala Sekolah HKBP dan Negeri. Untuk para pendeta diadakan hari Senin –Selasa tanggal 6-7 Juli kemudian dilanjutkan guru-guru Kepala Sekolah hari Rabu-Kamis tanggal 7-8. Pelatihan diadakan oleh Departemen Diakonia HKBP kerjasama dengan Gema Kyriasa. Pelatihan ini telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Panitia yang dikordinator oleh Kadep Diakonia HKBP Pdt.Nelson Siregar dan beberapa staf Departemen Diakonia Pdt.Maruasas Nainggolan, Pdt Maston Hutasoit dan Diakones Maria Bancin dan dibantu juga oleh Inang Kadep Diakonia.

Rombongan panitia dari Jakarta yaitu teman-teman dari Gema Kyriasa adalah amang Antoni Sihombing, Henrik Silitonga, Luhut Sagala, Poltak Lumbantobing di kordinator oleh Amang Daniel Aritonang, Sekretaris Christina Sihombing-Sitompul. Bendahara Atrid Lumbantobing-Hutabarat, Sie Konsumsi Priliani Silitonga-Sianturi, Tim Doa Donda Sagala-Sitanggang. Sekilas tentang Yayasan Gema Kyriasa (YGK) seperti namanya Gema, yang artinya menggemakan, menyuarakan, menyaksikan Kyriasa (Kyrios) yaitu Kristus dan harapan. Visinya membangun manusia kristiani seutuhnya jasmani, rohani dan berakal budi. Misinya mengumandangkan kabar baik tentang keselamatan dalam Tuhan Yesus kepada semua orang dan menyelenggarakan pengajaran Kristiani, menyelenggarakan pendidikan setingi-tingginya, meningkatkan pelayanan masyarakat dan perekonomian rakyat.

Tujuan kegiatan ini adalah memberikan penghormatan dan penghargaan kepada Nommensen, dengan mencanangkan 2010 sebagai momentum kebangkitan komunitas batak melali program ISIS (Iman, Sehat, Ilmu dan Sejahtera) dengan tema “Change Management” bekerjasama dengan HKBP melalui Departemen Diakonia HKBP membentuk pola pikir yang mandiri dalam mengembangkan pelayanan sebagai pemimpin di mana pun para pelayan ditempatkan semuanya untuk memajukan Bangsa batak dan Bangsa Indonesia.

Pembicara pertama Dr.Antony Sihombing menekankan “Mengapa kita harus berubah?” dan dalam sesinya dia mengatakan Dunia ini datar, dengan mengambil contoh sederhana Piala Dunia 2010 Afrika Selatan Ratusan juta pasang mata tertuju kepada satu titik, sepakbola menjadi bahasa universal setiap orang, waktu tidak memisahkan makhluk di dunia ini, tidak ada pembatas tua muda, msikin kaya, hitam putih. Hal-hal yang mendatarkan dunia antara lain: Runtuhnya tembok berlin membebaskan semua orang dari belenggu soviet, demorasi, pasar bebas, Era internet, Konsep worl wide web, teknologi browser, kartu kredit, blackberry, walmart dll.

Pembicara kedua Amang Hendrik Sagala menekankan “Breaking Comfort Zone” If you take same action everyday you will always get the same result. If you different results you must change your action. Dengan memiliki kelompok yang bisa melihat perubahan dan ingin berubah, menyadari ada perubahan di luar, Proaktif dalam perubahan, mencintai perbaikan yang terus menerus dengan memecahkan akar masalah, memberi dampak yang positf besar, mengarah kepada tujuan. Pembicara ke tiga Amang Luhut Sagala menekankan bagaimana membantu atau menekankan segala sesuatu untuk kepentingan orang lain, Intinya manusia, Perubahan mindset dari ‘Anda butuh kami, kami butuh Anda” kita harus memilki keahliaan, sikap, pengalaman, keterampilan.

Pembicara yang keempat adalah Amang kadep Diakonia HKBP Pdt.Nelson Siregar menekenkan,” Pembaharuan tanpa membongkar tradisi. Reformasi struktural yang charity menjadi turut memberdayakan dan memperlengkapi pelayan dan warga agar mampu meujudkan visi-misi dan prinsip pelayanan HKBP yang inklusif dan transformatif. Reformasi pelayanan holistik, memajukan persekutuan kristiani yang dapat dirasakan jemaat dan berdampak terhadap masyarakat sekitar. Reformasi sikap dan nilai-nilai yang reaktip menjadi responsif menghidupkan (Joh 10.10) dan merespon masalah-masalah kemasyarakatan Epoleksosbudag. Reformasi pradigma elitis agar semua pelayan dan jemaat difahami berpotensi menjadi pemimpin perubahan.

Kedap Diakonia Pdt.Nelson Siregar juga mengatakan “Reformasi pemberdayaan institusi dan pelayan dari yang terpusat menjadi desentralis ( belum otonom ) sesuai AP. Reformasi peran merespon masalah epoleksosbudag sesuai visi, misi dan prinsip HKBP. Reformasi struktural berdasarkan fungsionalisasi tritugas panggilan, kepemimpinan yang flat, partisipasi jemaat. Pemberdayaan jemaat basis, pemberdayaan jemaat kategorial, sektoral dan fungsional. Refleksi gereja yang inklusif, transformative dan inklusif. Managerial HKBP kedepan adalah Mampu menjaga diri dari pengaruh politik praktis. Memiliki kemampuan menagerial yang baik untuk semua amal usaha, baik sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi, maupun panti asuhan, usaha perekonomian rakyat, agar semua amal usaha ini dapat memajukan jemaat dan masyarakat. Memiliki program yg memberdayakan bahwa semua pelayan dan jemaat adalah pemimpin perubahan, agent of change. Memiliki program yang memandirikan dan memberdayakan seluruh potensi pelayan dan jemaat meujudkan Kerajaan Allah di bumi seperti di sorga.

Kadep Diakonia juga menambahkan “Program berkelanjutan Mendorong sgl upaya teologis dan nilai-nilai spritualitas memajukan warga HKBP menjadi warga yg inklusif, adil, menghidupkan ditengah persekutuan jemaat, masyarakat, bangsa dan Negara Konsisten memperkokoh peran sosial kemasyarakatannya yang transformatip sebagaimana sudah pernah terjadi. Konsisten memperlengkapi dan pemberdayaan SDM pelayan dan unit pelayanan warga agar menjadi garam dan terang dunia. Melakukan upaya memajukan managerial yang baik dan penuh persaudaraan di dalam Kristus. Mendorong dan mendampingi semua unit pelayanan agar mandiri, akuntable dan terpercaya. Mendorong dan memajukan semua usaha pelayanan, agar setiap kategorial, sektoral dan fungsional berperan aktif menjadi forum berkat bagi jemaat dan masyarakat. Semua usaha pelayanan harus didasarkan pada persekutuan dengan Firman Tuhan dan meujudkan kerajaan Allah di bumi seperti di sorga. Bravo Gema Kyriasa, Bravo Diakonia HKBP. “Sejahtera Masyarakat, Sejahtera Gereja.

Senin, 19 April 2010

Easter With The Nature-Sebuah Penghayatan Iman akan Makna Paskah dalam Kehidupan Nyata

Implementasi Paskah kepada Seluruh Ciptaan

Oleh : Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia HKBP)

“Easter With The Nature” itulah tema perayaan Paskah para pemuda Kristen di Sidikalang. Kebanyakan orang Kristen merayakan Paskah dengan suatu kegiatan gerejawi dan bahkan ruang lingkupnya juga hanya di gereja, baik melalui festival koor, cerdas-cermat Alkitab dan lomba-lomba lainnya. Lain dari kebiasaan yang ada, para pemuda-pemudi Kristen di Sidikalang mencoba menyatu dengan alam dalam merayakan Paskah kali ini.

Departemen Diakonia HKBP bekerjasama dengan Distrik VI-Dairi Bidang Diakonia serta Yayasan Petrasa, mencoba sesuatu yang berbeda dengan merayakan Paskah dalam bentuk pelatihan peternakan-pertanian organik serta penyadaran ekonomi berbasis jemaat bagi para pemuda Kristen. Dengan demikian Kematian dan kebangkitan Kristus yang diimani diimplementasikan dalam kehidupan konkret. Peternakan-pertanian organik menjadi bentuk kasih Allah kepada seluruh ciptaan melalui manusia (Kej. 2:15) dan ekonomi berkeadilan dan berbasis jemaat juga bentuk kasih Allah kepada manusia terhadap sesamanya (Mzm. 112:5; Gal. 6:2). Selain untuk kebaikan manusia itu sendiri, alam pun terhindar dari kerusakan lingkungan.

Bertempat di Training Centre Petrasa, dari tanggal 09-11 April 2010, perayaan Paskah dibuka oleh Praeses Distrik VI-Dairi, Pdt. Elieser Siregar dan diikuti tidak hanya para pemuda-pemudi HKBP, kegiatan diisi dengan ibadah, pelatihan pertanian organik-peternakan (secara teoritis maupun praktek langsung di lapangan), character building, serta Jalan Malam (sebuah upaya reflektif para pemuda-pemudi gereja terhadap permasalahan realitas sosial di tempatnya masing-masing untuk menghayati Via Dolorosa Kristus). Perayaan Paskah ini ditutup dengan ibadah di Taman Wisata Iman-Sitinjo dengan pemberian sertifikat oleh pemimpin Petrasa sekaligus Kepala Bidang Diakonia HKBP Distrik VI-Dairi, yaitu Pdt. Samuel Sihombing.

Inti dari kegiatan ini adalah menyadarkan para pemuda sebagai generasi masa depan, mampu menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu keadilan, damai sejahtera dan sukacita kepada seluruh ciptaan. Melalui kesadaran peternakan dan pertanian yang selaras alam, kelompok ekonomi yang berbasis jemaat, dan semangat pemuda dalam kegiatan gerejanya bisa menjadi bekal bagi para pemuda bersikap kritis melihat kondisi gereja dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Dengan demikian Injil menjadi nyata bagi sesama manusia dan seluruh ciptaan Allah lainnya secara holistik.

Minggu, 14 Maret 2010

PEMBERDAYAAN JEMAAT HKBP MUARA MENUJU PENGEMBANGAN EKONOMI

Oleh : Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia HKBP)

Hari rabu tanggal 10 Maret 2010, Pdt. Nelson Siregar (Kepala Departemen Diakonia) menghadiri undangan HKBP Ressort Muara, untuk memberikan sebuah sesi mengenai pemberdayaan jemaat dengan potensi yang dimiliki. Kegiatan ini dilaksanakan di HKBP Lobutangga Ressort Muara Distrik 16 Humbang Hasundutan. Baru pada pkl. 14.00 Pdt. Nelson Siregar menyampaikan materinya dengan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 70 orang.
Dalam penyampaian materinya, Pdt. Nelson Siregar mencoba memaparkan dengan singkat dan jelas kepada jemaat tentang kondisi yang selama ini telah terjadi, baik dalam kehidupan jemaat maupun dalam kehidupan masyarakat. Dalam Jubileum 50 tahun dan 100 tahun HKBP, perkembangan HKBP sudah cukup signifikan dalam berbagai bidang. Terlebih dengan konsep Pargodungan yang telah dilakukan oleh para misionaris sangat membangun orang Batak menjadi pribadi Kristen yang mampu bersikap kritis.
Berangkat dari sejarah tersebut, Pdt. Nelson Siregar mengajak jemaat kembali menghidupkan kembali konsep Pargodungan yang mungkin selama ini sedikit diabaikan. Terlebih pada tahun 2011 HKBP akan mengadakan Jubileumnya yang ke-150 tahun. Konsep Pargodungan ini sesungguhnya mencoba menggali lebih dalam potensi gereja yang selama ini terpendam atau sengaja dipendam. Pdt. Nelson Siregar menyatakan dengan tegas, bahwa di mana ada gereja di situ juga harus ada sarana pendidikan, sarana kesehatan, juga sarana-sarana lain yang bisa membangun jemaat dan lingkungan sekitar ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Ajakan membuat sesuatu yang monumental dalam Jubileum 150 tahun HKBP, menjadi semangat baru untuk berpikir hal-hal apa saja yang selama ini kurang diperhatikan gereja dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan gereja untuk memperbaiki kehidupan jemaat dan masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah dalam bidang ekonomi. Mangga Muara adalah salah satu jenis buah mangga terbaik, tapi mengapa produksi dan pendistribusiannya kurang terdengar sampai ke daerah-daerah lain di luar daerah Muara? Kurangnya pengetahuan dan bimbingan tentang bagaimana mengupayakan pohon mangga di Muara berbuah banyak dan menghasilkan buah yang baik, mungkin saja menjadi salah satu kendala yang menyebabkan produksi Mangga Muara tersendat.
Menanggapi masalah di atas Pdt. Nelson Siregar mencoba memberikan gambaran bahwa pupuk organik (yang berasal dari kotoran hewani) bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas mangga muara, sehingga kualitas yang didapat pasti lebih baik dari penggunaan pupuk kimiawi ataupun pestisida. Jika menngunakan pupuk kimia, kebanyakan hasilnya mangga seperti besar, tapi kosong dan ringan, tetapi jika menggunakan pupuk organik, mangganya tidak terlalu besar tetapi padat dan berisi. Terkait dengan pupuk organik, maka perkebunan ataupun persawahan yang ada harus dibarengi dengan peternakan, sehingga terjadi sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.
Selain itu gereja bisa saja membuat kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat, dengan mengadakan ternak bergilir. Contohnya, gereja membeli beberapa ternak, kemudian ternak itu “dipinjamkan” kepada beberapa jemaat yang membutuhkan. Setelah sekian lama sampai ternak itu menghasilkan (mis. Ternak itu melahirkan beberapa anak), ternak itu dikembalikan kepada gereja beserta satu anak ternak yang telah dihasilkan. Kemudian ternak yang dikembalikan ke gereja “digilir” kembali kepada jemaat lain yang membutuhkan. Jadi tidak hanya jemaat yang bisa meningkatkan perekonomiannya, tapi gereja juga bisa memperoleh hasil dari kerjasamanya dengan jemaat, sehingga sejahtera masyarakat sejahtera gereja.
Hal-hal seperti inilah yang seharusnya juga dilakukan oleh gereja, karena gereja sesungguhnya tidak hanya mengurusi hal gereja saja, tetapi harus bisa juga menyentuh ranah ekonomi, sosial, bahkan sampai ranah politik.
Pengetahuan holistik harus dimiliki oleh gereja dan para pelayannya untuk mengembangkan pelayanan gereja, terlebih dalam konteks Muara hampir 80% masyarakat sekitar adalah warga gereja HKBP. Dengan demikian HKBP harus mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan nyata. Sesuai dengan pernyataan Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja, maka gereja diajak untuk lebih peka melihat segala permasalahan yang ada di konteks masyarakat, dan dari kepekaan tersebut para pelayan diajak berpikir kritis untuk memberikan solusi yang tepat guna dan nyata, bukan sekadar “mendoakan”. Menurut Pdt. Nelson Siregar, “doa adalah setengah dari tindakan, oleh karena itu harus tetap ada usaha untuk mencapai tujuan!”

Rabu, 10 Maret 2010

Ekonomi Berbasis Jemaat – CUM HKBP Hadir di Rokan Hulu Kampar, Riau.

Oleh : Cpdt. Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia)

Pada tanggal 07 Maret 2010 akhirnya terbentuk lagi satu CUM di Distrik XXII Riau. CUM ini dinamakan CUM Sejahtera Rohul Kampar, nama ini dibuat karena CUM ini akan berusaha “menyejahterakan” dua daerah sekaligus, yaitu Rokan Hulu dan Kampar. Pelantikan para pengurus dilaksanakan oleh Kapala Departemen Diakonia HKBP, Pdt. Nelson Siregar di HKBP Simpang Pir Ressort Ephipanias, Riau.

Sebelum acara pelantikan dimulai (acara pelantikan termasuk dalam rangkaian ibadah minggu), di konsistori Pdt. Nelson Siregar memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan gereja selaku partisipan menghadirkan tanda Kerajaan Allah, yaitu dengan mencoba menyejahterakan yang miskin, salah satunya dengan membentuk CUM. Setelah pengantar diberikan, ibadah minggu pun dimulai. Ibadah ini dilayani oleh, Pdt. B. Manik sebagai Paragenda, Pdt. Nelson Siregar sebagai Parjamita, dan Pdt. BP. Silaen yang membacakan SK pengurus CUM Sejahtera Rohul Kampar.


Dalam khotbahnya, Pdt. Nelson Siregar menyatakan bahwa setiap orang harus mengusahakan yang baik sejak sedini mungkin dan kepada setiap orang. Tindakan kebaikan ini bisa dimulai dari sesama ruas HKBP kemudian kepada sesama orang Kristen, bahkan kepada orang-orang yang beragama lain. Dengan demikian CUM ini pun menjadi sebuah lembaga inklusif yang memang tujuan utama pelayanannya adalah memuliakan Tuhan. Setelah khotbah selesai dan persembahan, kemudian acara dilanjutkan dengan pelantikan para pengurus CUM Sejahtera Rohul Kampar. Susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:
Pembina : Pdt. Nelson Siregar (Kadep Diakonia HKBP)
Pdt. Jusden Sinaga (Bakor CUM HKBP)
Pdt. Tohonan BP Silaen (HKBP Ress. Ephipanias)
Ketua : Pdt. Bernard Manik (HKBP Ress. Rokan Hulu)
Sekretaris : Pdt. P. Hotman Simatupang (HKBP Ress.Estomihi)
JPH. Simanjuntak
Pengawas : Pdt. Herbin Purba (HKBP Ress, Exaudi)
St. RM. Nababan
St. M. Silaban
Manager : Diak. Fitria Rumondang Simarsoit.

Setelah acara pelantikan dan ibadah minggu selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan CUM. Diskusi ini dipimpin oleh Pdt. B. Manik dengan narasumber Pdt. Jusden Sinaga selaku Badan Koordinasi CUM HKBP. Sebelum diskusi dimulai, Pdt. Nelson Siregar selaku Kepala Departemen Diakonia, memberikan pengantar, bahwa tugas orang Kristen bukan hanya selalu bicara tentang Surga, tetapi sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, bahwa setiap pengikut Kristus harus bisa menghadirkan kehendak Allah ini di bumi bukan di Surga, sehingga keimanan kita berdampak kepada semua orang, bahkan kepada orang yang tidak seiman dengan kita.

Dalam diskusi ini pun, Pdt. Jusden Sinaga menjelaskan bahwa secara ekonomi sistem simpan-pinjam di CUM lebih menekankan kesejahteraan masyarakat sesuai iman kekristenan, jadi bukan mencari keuntungan. Diskusi ini pun berjalan dengan baik, karena banyak juga anggota jemaat juga Parhalado bertanya mengenai sistem pelaksanaan dan manfaat CUM, dan Pdt. Jusden Sinaga pun berani menyatakan bahwa sistem pinjaman yang dilaksanakan CUM lebih baik daripada sistem bunga Bank.

Setelah semua acara selesai, rombongan Departemen Diakonia HKBP, yaitu Pdt. Nelson Siregar beserta Inang, Pdt. Jusden Sinaga, Diakones Fitria Rumondang Simarsoit, CPdt. Binsar Nababan, dan Ezra Aruan, pun kembali ke Tarutung. Kiranya melalui pembentukan satu lagi CUM baru ini dapat menjadi sarana berkat bagi yang membutuhkan di daerah Rokan Hulu dan Kampar, Riau. Les petites étapes du bonheur (langkah-langkah kecil menuju kebahagian) HKBP ini bisa berdampak positif demi kemuliaan nama Tuhan.

Kamis, 04 Maret 2010

Injil ke Seluruh Kosmos

Beritakan Injil untuk seluruh kosmos
Markus 16:15
by: Pdt.Nelson Siregar(Kadep Diakonia HKBP)

Tema:
”Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup”
(Yoh. 14:6a)

subTema:
“Peliharalah ciptaan TUHAN dengan bijaksana dan taat,
demi kehidupan”


I. Pengantar

Saya sangat bersyukur jika saya berkesempatan untuk mengutarakan pemikiran saya mengenai ”realitas lingkungan hidup” yang kita alami pada saat ini. Makalah ini saya tuliskan berdasarkan pemahaman saya mengenai lingkungan hidup berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dari berbagai sumber, dan ini hanyalah sebagai penghantar kita untuk bertukar pendapat untuk saling memperkaya dan memperlengkapi pengetahuan kita akan genting dan pentingnya pemeliharaan keseimbangan lingkungan hidup saat ini. Dengan demikian saya berharap melalui pertemuan kita ini dapat merumuskan strategi kita dalam membangun komitmen dan kepedulian masyarakat terhadap fungsi konservasi kawasan hutan, khususnya yang berada di daerah Batang Toru.

Terkait dengan topik yang disampaikan kepada saya dengan bebas membahas penjabaran tema dan subthema seputar lingkungan hidup ini, maka secara sistematika dari uraian saya kemudian ini adalah: Pertama, akan diarahkan pada realita dan konsepsi pandangan umum merespond tantangan lingkungan hidup. Kedua, kaitan motiv teologi melegitimasi sikap gereja terhadap lingkungan. Ketiga, apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan gereja. Hal itu perlu dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk dikaji dan didiskusikan bersama.

II. Realita tantangan dan konsepsi pandangan tentang lingkungan hidup

Topik lingkungan hidup bukanlah tema baru dalam diskusi di tengah kehidupan kita beroikumene, bermasyarakat dan berbangsa. Di Indonesia sendiri sejak tahun 70-an sudah berbagai kajian dan respon terhadap masalah lingkungan dari sikap yang reaktip, responsip dan regeneratip. Namun belakangan ini nampaknya masalah lingkungan hidup sudah semakin rumit, sementara tantangan lingkungan sudah senantiasa mengancam kehidupan umat manusia.

Walaupun demikian kerumitan tersebut masih dapat ditelaah. Ada beberapa tanggapan mengenai kajian masalah dan tantangan lingkungan hidup. Pertama, ada yang mengkaji bahwa masalah lingkungan hidup tidak ada kait mengkaitnya dengan kesalahan manusia. Kejadian gempa, tsunami misalnya adalah murni kejadian alam saja. Karena itu untuk merespon tantangan tersebut agar tidak menimbulkan banyak korban terhadap manusia, maka dilakukan telaahan dengan pendekatan teknologis, antara lain mengadakan studi kajian sejarah kejadian-kejadian alam dan prediksi pengulangannya.

Misalnya untuk kejadian alam di Pantai Barat Sumatra perlu dilakukan penelitian sesar dan zona gempa melalui displin ilmu terkait geologi, geofisika dan seismologi. Kemudian diikuti dengan analisis bencana atau amdal, dan juga mendesak agar pemerintah perlu mengeluarkan peraturan , termasuk membentuk satgas penanggulangan bencana, penyediaan anggaran yang cukup dan mengatur kebijakan pengendalian masalah lingkungan hidup.

Tindakan lain dilakukan dengan pemahaman yang benar tentang perilaku bencana. Indonesia dikenal sebagai negeri kaya bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi, maka dapat ditelusuri kejadian-kejadiannya dan apa yang harus dilakukan. Meletusnya gunung Krakatau di selat Sunda pada tanggal 27 Augustus 1883 menjadi sejarah bencana yang tergolong terbesar di dunia. Gempa di Aceh berskala 8.7 pada skala Richter di Barat Aceh telah mengakibatkan tsunami yang menewaskan kurang lebih 250 ribu jiwa. Tayangan televisi menambah effek drama dari bencana gempa bumi. Efeknya bukan seketika, tetapi mendunia.

Dari pengalaman itu menjadi penting melakukan edukasi dan sosialisasi yang benar kepada masyarakat mengenai bencana alam. Saatnya secara sadar mengajarkan kepada masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana alam, bahkan bila perlu memasukkan sosialisasi kejadian alam ini kedalam kurikulum sekolah-sekolah menengah. Untuk mengatur koordinasi aksi membantu korban, maka lembaga pemerintah dan lembaga disaster perlu didorng untuk merumuskan bersama lingkaran penanggulangan disaster. Jika bencana terjadi, maka perlu disediakan bantuan sembako, kemudian berturut-turut melakukan bantuan lanjutan berupa rehabilitasi, rekontruksi, mitigasi dan prepardness.

Respon kedua muncul dari kalangan aktivis lingkungan hidup. Mereka telah berpuluh tahun sejak tahun 1970 melakukan perjuangan kritis dalam upaya menghentikan eksploitasi alam dan kerusakan lingkungan di negeri ini. Proyek penanaman sejuta pohon ternyata tidak mengurangi masalah lingkungan hidup kearah yang lebih baik. Sebab dilain pihak terjadi pengerukan sumber daya alam yang kini sudah semakin menipis, dan pada hal bencana lingkungan telah makin kerap terjadi. Advokasi lingkungan hidup semakin rumit untuk diharapkan dapat dimenangkan dalam menghadapi peradilan dan percaturan politik, baik nasional maupun di daerah.

Hal itu bukan sekedar ungkapan skeptis, tetapi lebih karena aktivis lingkungan yang selama ini berbuat maksimal, merasakan apapun yang dilakukan seperti membuang air ke dalam keranjang. Menurut catatan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) salah satu lembaga advokasi lingkungan perjuangan masyarakat hampir di semua gugatan hukum atas pencemaran dan kerusakan lingkungan di segenap aras selalu dinyatakan kalah, lebih-lebih gugatan pada raksasa tambang, pengusaha perkebunan dan perkayuan .

Sepertinya system penegakan hukum di negeri ini sudah menjadi sahabat atau rumah yang aman bagi para penjahat lingkungan. Mereka selalu berhasil melakukan perlawanan dengan meredam setiap gerakan dengan berbagai cara, antara lain penggunaan ahli dari perguruan tinggi, dengan membiayai berbagai penelitian atau agenda lain dalam usaha mendukung pencitraan perusahaan. Tujuannya untuk memenangkan opini dan dukungan public. Jika hal itu tidak berhasil, maka perusahaan juga melakukan penggunaan upaya hukum. Buruknya system peradilan kita memungkinkan perusahaan bermain mata dengan para penyidik, penuntut, dan hakim, serta sudah tentu didukung pengacara yang handal. Sementara dari berbagai pihak ada pula yang sudah tiba pada kajian yang menganggap bahwa penangulangan masalah lingkungan semakin rumit dihadapi sebagai akibat cara kita memperlakukan alam. Gerakan muncul dari tokoh agama.

Statement yang dikemukan adalah setelah mengkaji berbagai fakta yang terjadi. Apabila pertumbuhan jumlah penduduk dunia, industrialisasi, pengotoran lingkungan, produksi bahan pangan dan penghabisan bahan-bahan mentah alamiah yang sedang berlangsung sekarang diteruskan tanpa perubahan, maka batas-batas pertumbuhan absolut di bumi akan tercapai seratus tahun lagi. Karena itu semua pihak harus berubah. Sebab hidup biologis manusia hanya akan berlangsung selama-lamanya, apabila manusia sendiri mau melepaskan pandangannya yang antropocentris .

Statement ini tidak sekedar ungkapan menakut-nakuti. Frans Magnis Suseno menidentifikasi adanya 7 bahaya kerusakan biosfer yang mengancam masa depan umat manusia yakni penghabisan kekayaan alam secara sistematis (eksploitasi alam berjalan terus, maka dalam waktu tidak terlalu lama sumber energi tradisional yang murah tidak dapat dipulihkan kembali dan akan habis), perusakan lingkungan berlanjut (pengotoran, perusakan dan perancunan lingkungan alam, dampak perusakan akibat produksi industri dan sampah ekonomi rumah tangga), pemanasan atmosfer tidak dapat diperbaiki (CO2 yang dikuatirkan mempunyai effek rumah kaca) , lapisan ozon di stratosfer terus menerus mengalami kerusakan berat (ozon melindungi kita dari radiasi ultrajingga yang bisa menyebabkan kanker kulit), padang gurun meluas akibat ulah manusia (setiap tahun lebih dari 200.000 km kuadrat hutan tropis dibabat habis), terjadinya masalah air tawar yang tidak lagi terpenuhi (kebutuhan air minum mulai melampaui persediaan semakin terasa dimana-mana), hama yang semakin resisten (kebal) terhadap obat kimia (sehingga penyakit sifilis semakin sukar diberantas, malaria mulai kambuh kembali, hama wereng menjadi ancaman bagi produksi padi ).


Gambar 2. Kejadian Bencana Alam Tahun 2006-2008
(Sumber: ISDR, CREED, dan EM-DAT)

Kesadaran akan keseriusan masalah dan tantangan lingkungan hidup ini, terutama karena faktor real masalah pemanasan bumi ini telah mendorong Negara-negara di dunia juga terpaksa melakukan kajian khusus sejak tahun 1990 an. Dari konprensi perubahan iklim PBB yang barubaru ini diadakan di Kopenhagen menjelaskan bahwa sepertinya masalah lingkungan masih dapat diatasi dengan pendekatan teknologi dan dengan pendekatan negosiasi diantara negara-negara kaya dan miskin .

Para ahli lingkungan hidup di Kopenhagen menjelaskan bahwa bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2009 lebih dari tiga perempatnya terkait dengan cuaca ekstrim. Gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor merupakan bencana alam yang frikuensinya meningkat dua kali lipat, katastropinya juga bertambah intensitasnya. Daya hancurnya dan ancamannya sangat serius. Tahun 2008 sendiri ada sekitar 36 juta orang harus tergusur oleh fenomena alam ini.

Hal itu masih amat kecil bila dibandingkan dengan jumlah orang yang keamanannya dan sumber kehidupan manusia yang terus menerus dirongrong oleh konsekuensi jangka panjang perubahan iklim. Bahkan jika hal ini berlanjut, maka dikuatirkan pula meningkatnya potensi konflik di dalam dan antarnegara. Itu akan terjadi ketika berbagai komunitas berebut akses sumber daya yang semakin langka, seperti air segar dan lahan pertanian. Kemudian rakyat di Negara kecil yang berada di permukaan rendah akan menghadapi negaranya runtuh berhadapan dengan naiknya laut, kebangsaan, kultur dan identitasnya pun akan tenggelam.


Gambar 3. Kejadian Bencana Alam di Indonesia Tahun 2008
(Sumber: ISDR, CREED, dan EM-DAT

Untuk mengatasi masalah lingkungan hidup tersebut, diserukan agar para pemimpin negara di dunia ini mendorong kesepakatan pengurangan emisi karbon. Tetapi jika hal itu gagal, maka kaum ilmuwan lingkungan hidup menawarkan diadakannya perekayasaan bumi atau geo-engineering. Suatu intervensi teknologi dalam skala besar-besaran. Proses rekayasa tersebut dapat dibagi dalam dua macam. Pertama adalah penghilangan CO2 (carbon dioxide removal /CDR ), penggunaan pohon buatan melalui fertilasi besi samudera. Pilihan kedua dikenal sebagai managemen radiasi matahari (solar radiation management/ SRM), dilakukan dengan memantulkan sinar matahari untuk mengurangi pemanasan global, misalnya dengan menggunakan cermin di angkasa, penyemprotan aerosof di atmosfer, atau penguatan awan. Kedua metode canggih ini tentu dinyatakan menimbulkan effek yang tak dapat dipredikasi, sebab juga tidak akan menanggulangi konsekuensi emisi, bahkan dikuatirkan belum tentu dapat meramalkan akibatnya terhadap pola cuaca dan ekosistem. Dengan demikian skenario kedua tetap dengan mendesak para perunding Kopenhagen untuk mencapai kesepakatan pengurangan emisi karbon. Ini berarti masalah lingkungan hidup tidak mungkin hanya dilakukan dengan pendekatan kecanggihan tehnologi, melainkan harus diatasi dengan pendekatan politis.

Dari ketiga kajian diatas mungkin masih ada beberapa pertanyaan yang sisa, antara lain merespon pertanyaan kenapa masalah lingkungan hidup ini terjadi, apa yang harus dipersalahkan dan siapa yang harus bertanggungjawab menanggulangi masalah tersebut. Dari segi pandangan tentang lingkungan hidup (environmental world views), sampai saat ini dapat disimpulkan dengan tiga sumber dan pandangan :

Pertama: pandangan kaum Neo-liberalis. Penganut aliran ini memandang alam sebagai objek yang menjadi sumber hidup manusia. Karena itu alam diassumsikan sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka alam wajar jika dieksploitasi. Manusia dianggap sebagai pemilik satu-satunya terhadap alam tersebut. Pendekatan dominasi terhadap alam ini, ahirnya menganggap bahwa kerusakan alam sebagai akibat eksploitasi menjadi konsekuensi terhadap alam. Sedangkan dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup dapat dikendalikan cukup dengan meminimalisasinya melalui pendekatan tehnologi. Eksploitasi bisa tetap dilakukan untuk keberlanjutan pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup. Agar hal itu tercapai, maka solusinya: perlu memberikan dana terhadap perbaikan lingkungan hidup, seperti dana CDR ( carbon dioxide removal ) dari perusahaan, atau menggunakan metode skema pengurangan emisi dari forestasi dan degradasi hutan (REDD) oleh negara.

Negara berkembang diharapkan dapat memperoleh pendanaan dari negara maju dengan mengurangi pembukaan hutan dan degradasi hutan. Metode ini ditolak oleh kelompok indigenous Enviromental Networks , karena metodologi ini meniadakan peran masyarakat adat dan komunitas lokal mengkontrol pemilik modal dan pengemisi CO2 melalui Negara. Juga pandangan ini dituduh ditopang oleh institusi semacam World Bank (WB). Kesimpulannya: kondisi lingkungan hidup tidak dianggap krisis, hanya perlu perbaikan, bisnis berjalan seperti biasa saja (business as usual). Sementara negara-negara berkembang berada dalam status pengemis dan tergantung. Padahal negara-negara berkembang memiliki potensi dan asset hutan mengendalikan emisi karbon.

Kedua, pandangan kaum bio-environmentalist. Kelompok ini memahami bahwa manusia dan alam adalah dua subjek yang harus saling menghormati. Kerusakan alam terjadi karena eksploitasi manusia terhadap alam, oleh karena itu eksploitasi perlu dihentikan dan perlindungan total terhadap lingkungan hidup seperti hutan, laut, sungai, dll perlu dilakukan. Solusinya, perlu perlindungan khusus terhadap lingkungan hidup, perlu polisi hutan yang kuat, perlu penyelamatan terhadap tumbuhan dan binatang langka yang dilokalisasi disuatu tempat yang aman. Masyarakat lokal perlu dibatasi aksesnya terhadap hutan yang dianggap berkontribusi terhadap pengrusakan hutan. Moratorium terhadap lokasi penting bagi lingkungan hidup dibeberapa tempat didunia. Membuat Taman Nasional yang dilindungi, dan berbagai zonasi konservasi. Pandangan seperti ini umumnya dimiliki oleh LSM Lingkungan seperti WWF. Kesimpulannya: melihat persoalan lingkungan hidup sudah pada tahap krisis yang sangat mengancam, sehingga perlu moratorium.

Ketiga, pandangan kaum ecologi social: pandangan structural terhadap problem lingkungan hidup. Lingkungan hidup dan manusia adalah relasi yang integral, mutual symbioce, relasi yang saling tergantung. Karena itu jika terjadi kerusakan alam, hal itu adalah disebabkan, karena ketimpangan akses masyarakat terhadap sumberdaya alam. Sumber daya alam nyatanya dikuasai oleh sekelompok kecil orang atau korporasi. Penguasaan sumberdaya tersebut tidak memiliki akuntabilitas. Akar dari pengrusakan alam/hutan adalah ketimpangan kepemilikan terhadap sumberdaya penting, utamanya tanah. Masyarakat banyak, masyarakat adat, masyarakat yang tanpa modal, masyarakat miskin digusur, dikorbankan demi kepentingan capital.

Solusinya, struktur masyarakat, termasuk kemiskinan harus dibereskan terlebih dahulu, baru bicara perlindungan alam. Kepemilikan yang merata terhadap sumberdaya penting agar dengan sendirinya terjadi kesadaran melestarikan alam. Pandangan ini dimiliki oleh Negara Negara sosialis (atau menuju sosialis) seperti Venenzuela, Kuba, dan Bolivia. Juga LSM lingkungan aras International. Kesimpulannya: krisis lingkungan sekarang terjadi karena krisis social yang telah mendahuluinya.

Dari ketiga faham dasar menjadi jelas posisi umum berbagai pihak mengkaji upaya penanggulangan masalah lingkungan hidup. Kini yang menjadi soal sebelum kita membahas posisi gereja serta program lingkungannya, adalah menjawab salah satu pertanyaan pokok, sejauhmana teologi mengsignifikasi, mendominasi dan melegitimasi ketiga faham diatas. Atau adakah alternatip lain menempatkan posisi gereja berada diluar ketiga scenario tersebut diatas.

III. Motiv teologi melegitimasi gerakan lingkungan hidup

Dari berbagai kajian teologis tentang lingkungan hidup ada berbagai tanggapan yang mengemuka. Umumnya kajian teologis tersebut berpedoman terhadap seruan Alkitab tentang penciptaan. Bertolak dari kajian akan pemahaman tentang penciptaan ini, maka berbagai relevansi digunakan untuk sekedar mendukung perlunya kesadaran kajian ulang tentang hubungan penciptaan dengan kemajuan Ilmu dan teknologi disatu pihak dan perlunya melegitimasi gerakan alternatip meujudkan supremasi alam yang sederajat dengan manusia, sehingga manusia memahami dirinya yang dapat terancam tanpa keberadaan alam.

Ada beberapa aksi yang jika dikaji sangat erat kaitanya dilakukan karena motip teologinya. Pertama umumnya, banyak institusi agama atau masyarakat yang hanya menanggapi seruan perlunya aksi mengatasi masalah lingkungan hidup dengan cara penanaman sejuta pohon, tanpa kajian mendalam. Mereka mengikuti seruan tersebut, karena dianggap tidak responsip. Ada juga yang melakukannya, karena dianggap bahwa pemerintah menyerukan gagasan itu sudah melalui proses yang panjang.

Sudah ada kajian akademis, proses teknologi dengan analisis lingkungan, sudah melalui proses hukum dan politik yang panjang. Ada juga gereja dan masyarakat yang mengikuti seruan tersebut, membungkusnya dengan legitimasi ceremonial liturgis dan aksi penanaman pohon misalnya. Kadang ada juga telaahan Alkitab untuk melegitimasi aksi penanaman pohon tersebut, misalnya diambil dari teks Alkitab, Kejadian 2.15 tentang perlunya koreksi terhadap usaha eksploitasi manusia dengan usaha pemulihan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Barangkali sikap yang demikian itu dilakukan oleh masyarakat dan gereja tanpa mempertanyakan secara kritis, apakah Tuhan mengizinkan perusakan hutan demi memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya untuk satu kelompok masyarakat tertentu dan membiarkan mayoritas masyarakat miskin dan tergusur. Kenapa dilakukan penanaman sejuta pohon. Apa gunanya gerakan penanaman sejuta pohon, sementara dipertontonkan pengrusakan hutan, penebangan hutan secara kasat mata.

Kedua, ada juga yang sudah mengkaji tafsir Alkitab sesuai konteks teks dan relevansinya sampai sekarang. Responsi gereja secara kritis mengkaji realita atau fenomena kerusakan alam dicari akarnya dengan memeriksa tradisi Kristen. Apakah ada yang salah dalam tradisi Kristen, sehingga manusia bersikap merusak alam dan cendrung memahami alam terpisah dari manusia. Sebab dilain pihak diakui bahwa tradisi Kristen memiliki potensi untuk menemukan dan mengungkapkan perhatian terhadap lingkungan hidup .

Memang tradisi tersebut sering dilakukan sekaligus dalam usaha menolak berbagai pandangan yang agnostic yang memahami terjadinya dunia ini hanya karena kebetulan saja atau bahkan menolak pendekatan teistik Kristen yang menerima kebenaran harafiah dari ceritra-cerita Alkitab saja tanpa penafsiran kritis yang dimensional. Karena itu ada juga baiknya jika teologi penciptaan didudukkan pada posisinya yang luas. Misalnya bagaimana agar teologi penciptaan tidak dipisahkan tanpa sekaligus membahas keadilan dan perdamaian . Dengan demikian masalah keutuhan ciptaan dilihat kerangkanya yang konprehensip, kontekstual dan relevan.

Di Asia Pasifik misalnya, lingkungan alam di sekitar tidak pernah dilihat sebagai objek, melainkan disapa sebagai subjek. Artinya didalam keselarasan, manusia melihat dirinya sebagai bagian dari alam semesta ini. . Sementara di dalam teologi Barat tradisional, alam dilihat sebagai objek yang harus dikuasai, ditaklukkan. Manusia mencapai kedewasaannya dengan jalan menundukkan alam. Menjadi penguasa alam berarti menjadi mahluk Allah yang menjalankan mandat Tuhan. Ini berarti bahwa ada kecendrungan adanya perusakan alam terjadi karena kesalahan teologi Barat .

Pembenaran pandangan ini pertama kali dipertanyakan secara fundamental ketika membahas akar krisis ekologi yang dilakukan oleh sejarahwan Lynn White dari Amerika Serikat tahun 1967. Ia berpendapat bahwa kesalahan itu terdapat dalam doktrin penciptaan dunia Barat yang membedakan dengan sangat tajam antara manusia sebagai gambar Allah ( Imago Dei) dan dunia sebagai ciptaan yang bukan gambar Allah. Penghayatan terhadap doktrin ini menghasilkan pada manusia rasa superioritas dan transendensi terhadap alam, sehingga manusia dilihat sebagai penguasa alam, sedangkan alam hanya menjadi objek untuk kepentingan manusia. .

Kajian tentang kesalahan teologi ini ada pula yang memandangnya dari segi lain. Dalam konteks kajian sejarah kebudayaan ternyata bahwa pendekatan antroposentrik atau berpusat pada manusia yang mempertahankan superioritas manusia atas mahluk lain itu, bukanlah bersumber dari ceritra penciptaan Yahudi/ Kristen, melainkan dipengaruhi oleh filsafat Stoa. Sehingga justru pengaruh filsafat tersebut telah merembes ke pemikiran Kristen di Barat yang mengawinkan pemikiran Yunani dan Ibrani. Barangkali kondisi ini yang telah menyumbang sikap ambivalensi kekristenan terhadap lingkungan alam, sehingga melalaikan penghargaan pada seluruh ciptaan. Hal itu lebih nyata terlebih sejak awal terjadinya era pencerahan .

Dengan demikian terjadinya krisis lingkungan hidup hingga yang sekarang ini terjadi semata hanya karena kemajuan sekularisme, bukan tanggungjawab teologi gereja. Sebab Sekularisme menghilangkan makna keyakinan agama dan praktek institusi agama baik dalam arti agama maupun dalam arti social. Itu pula sebabnya kenapa kemajuan teknologi dan ekonomi sering berkembang sedemikian rupa tanpa kontrol agama.

Namun demikian, menurut teolog lingkungan hidup seperti Jhon Macquarrie mengatakan bahwa memang masalah lingkungan hidup yang terjadi sebagai konsekuensi penerapan teknologi sudah dapat dipastikan tidak dapat diselesaikan dengan hanya menciptakan teknologi yang lebih canggih saja. Melainkan perlu dibangun suatu struktur pemikiran baru yang dilandasi dengan perilaku manusia.

Disinilah seorang teolog berperan di dalam krisis ekologi dapat , “meninjau kembali tradisi Kristen dan memeriksa pada tahap-tahap mana dalam perkembangan tradisi itu telah terjadi distorsi karena tekanan yang terlampau dilebihlebihkan, dan menanyakan apakah di dalam tradisi ini tidak ada sumbersumber laten, yang dapat menjawab kebutuhan masakini. Tindakan selanjutnya adalah mengkoreksi tekanan yang berlebihlebihan ini dan mempromosikan yang tadinya laten itu.”

Diakui ada dua model menafsir tradisi penciptaan. Pertama model monarkis yang melihat hubungan antara Allah, manusia dan dunia sebagai hubungan penguasaan. Manusia melihat dirinya dapat bereksistensi sendiri tanpa yang lain. Dunia diartikan sekedar produk dari kehendak illahi, bersifat sementara, yang boleh ada dan tidak ada ditinjau dari segi Allah. Pada hal Hakikat Allah adalah Pencipta. Allah berada dalam hubungan dengan bumi sejak semula. Karena itu model ini bukan satusatunya menjadi acuan. Ada juga model lain yang dominan dan ditekankan, yakni model organis , yang perlu dipromosikan.

Dalam peristiwa Nuh sesudah air Bah, perjanjian Allah bukan hanya dengan manusia saja, melainkan juga dengan burungburung, dengan binatang ternak dan semua binatang di muka bumi ( Kej 9.10). Juga dalam Mazmur 19, 1 bahwa alam memantulkan kemuliaan Allah. Karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi Ibrani mengenai penciptaan sangat kental terkandung unsur-unsur naturalisme. Karena itu apolegetika Kristen yang mempertahankan doktrin penciptaan sebagai sumber penyebab kerusakan ekologi dengan menunjuk pada konsep penatalayanan ( stewardship ) harus dikoreksi.

Sebab disana memang manusia masih difahami lebih tinggi daripada alam, atau masih tetap penguasa alam. Pada hal model organis menaikkan derajat alam dan menurunkan derajat manusia sehingga hasil ahirnya adalah suatu keseimbangan. Manusia dan alam, keduanya bersumberkan Tuhan. Dengan dasar pemikiran ini, manusia dapat berhadapan dengan dunia teknologi secara teologis dan menempatkan teknologi pada proporsi yang sebenarnya ditengah realitas yang organik itu.

Bertolak dari urain ini, maka secara positip gereja perlu memandang. Pertama bahwa masalah lingkungan dan kerusakannya bukan merupakan masalah sekuler, melainkan justru masalah religius . Sehingga walaupun bahaya kerusakan lingkungan hidup dibunyikan oleh pihak sekuler terhadap pihak religius dan sekaligus melemparkan tuduhan terhadap tradisi religius tertentu sebagai biang keladi kerusakan ini.

Kita hanya dapat mengatasi masalah ini, jika kita bersedia melihatnya sebagai masalah religius kita bersama dengan agama-agama lain di Indonesia. Kedua, masalah kedudukan manusia terhadap alam tidak harus mengikuti pendekatan supremasi manusia dari alam karena Imago Dei, dalam teks lain dinyatakan juga baik manusia maupun binatang disebut, “ nefesh hayyah”, mahluk hidup. Dalam Perjanjian Baru secara specific menyatakan penugasan manusia untuk memberitakan Injil sukacita juga pada seluruh mahluk atau kosmos ( Markus 16.15 ). Dengan demikian sekarang manusia tetap penting, tetapi tidak dengan jalan mengorbankan pentingnya alam. Baik manusia maupun alam adalah ciptaan Allah. Manusia sebagai gambar Allah adalah pengelola alam, tetapi dia tidak berhak mengeksploitasinya habishabisan, sebab dia bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dari bumi yang satu ini.

Maka dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat mengembangkan suatu eklesiologi tanpa ekologi, demikian juga gereja tidak lagi membicarakan tantangan Iptek bagi iman Kristen secara tersendiri, melainkan harus selalu di dalam kerangka keutuhan ciptaan. Sehingga sikap gereja tetap memandang positip perkembangan Iptek, selama itu menolong mempertahankan, memperkembangkan dan mempertinggi mutu kehidupan dunia ini. Jika hal ini tidak terjadi, maka gereja terpanggil untuk bersuara. Dalam kaitan ini gereja perlu membekali diri dengan orang-orang yang mampu melihat persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh perkembangan Iptek.

IV. Apa yang sudah dan akan dilakukan gereja?

Dari uraian diatas tadi respon gereja terhadap masalah lingkungan hidup, maka ada beberapa catatan yang mungkin menjadi indikator bagaimana kita mengkaji sejauhmana gereja kita sudah melakukan telaahan dalam penerapannya di gereja kita. Barangkali sebagai contoh misalnya dapat mendorong terjadinya sikap teologi lingkungan dan implikasinya menata peran gereja menjalankan program lingkungan hidup sekaligus merespon masalah kemiskinan.

Pertama, dari kajian masalah lingkungan hidup, disatu pihak difahami bahwa terjadinya berbagai dampak lingkungan hidup tidak hanya menjadi tanggungjawab kemajuan ilmu dan teknologi yang digunakan idiologi Neoliberalis yang eksploitatip. Namun dipihak lain juga harus diakui bahwa ada juga kesalahan yang dapat dikaji dari tanggungjawab tradisi gereja ketika teks Alkitab dikaji dari segi kepentingan filosofi lokal yang dominatip dan eksploitatip.

Walaupun demikian pada waktu yang sama tradisi gereja tidak sama disemua tempat. Masyarakat dan agama di Asia Pacific justru sangat faham akan status alam sebagai subjek. Konsekuensi semacam ini dapat dilihat juga implikasinya dalam kesadaran gereja. Berteologi dengan pradigma baru itu telah pula misalnya mendorong gereja HKBP merumuskan ulang tentang pemahaman kebudayaan dan lingkungan Hidup dalam rumusan konfessi gereja . Kita mempercayai dan menyaksikan :

1. Allah menciptakan manusia dengan tempat tinggalnya dan tempatnya bekerja di dunia ini (Kejadian 2.5-15). Dialah yang memiliki semuanya, yang memberikan kehidupan bagi semua yang diciptakaNya. Tempat manusia bekerja adalah daratan, laut dan langit/ruang angkasa. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggungjawab penuh. Dia juga memberikan bahasa, alat-alat musik, kesenian dan pengetahuan kepada manusia sebagai alat manusia dan juga aturan untuk memuji Allah dan sebagai sarana untuk memelihara dan memperindah persahabatan antar manusia agar melalui kebudayaan, Kerajaan Allah semakin besar. Tetapi kebudayaan yang bercampur kekafiran dan yang bertentangan dengan Firman Allah, harus ditolak.

2. Karya Yesus Kristus adalah membebaskan manusia, segala ciptaan dan juga dunia ini (Kol. 1:15-20, Roma 8:19-33), dengan ini: kita menyaksikan tanggungjawab manusia untuk melestarikan semua ciptaan Allah supaya manusia itu dapat bekerja, sehat dan sejahtera ( Maz 8.4-10 ). Kita menentang setiap kegiatan yang merusak lingkungan, seperti membakar dan menebang pohon di hutan atau hutan belantara (Ul. 5:20, 19:20). Kita menentang setiap usaha yang mencemari air dan udara, juga air limbah yang mengandung racun dari pabrik-pabrik, karena tidak memperdulikan saluran air limbah dan pencemaran udara, hingga merusak air minum dan pernafasan manusia (Mzm. 104:1-2, Why 22.1-2).

Implikasi dari kedua dictum ini telah memungkinkan saat ini gereja secara rutin mengingatkan jemaat melalui liturgy agar berperan aktip dan kritis terhadap setiap upaya perusakan alam. Bahkan memungkinkan gerakan gereja mendorong masyarakat mengakses kehidupannya melalui kedekatannya memelihara hutan dan penguasaan tanah.

Kedua, berbagai telaahan teologi ekologi dan ekonomi telah mendapat pembahasan berkelanjutan di Sidang gereja-gereja, baik di aras nasional, regional dan Internasional. Salah satu Dokumen penting terahir dapat kita lihat dari produk tim perdamaian dan keutuhan ciptaan Dewan Gereja Sedunia yang diterbitkan di Genewa 2006. Dokumen tersebut dikenal dengan slogan Globalisasi alternatip mengutamakan rakyat dan bumi (AGAPE). Salah satu statement penting dalam dokumen tersebut menyatakan, bahwa:

” The Church is called not to conform to the structures of injustice, but to herald a new creation. The Biblical vision bursts forth with the announcement of the new things that God is doing, and surely that means that in our time and place, the church must be a community of alternatives ; alternative visions, alternative spaces, alternative spirituality and alternative economic ideas and practices”.

(Gereja terpanggil untuk tidak menyesuaikan diri dengan struktur yang tidak adil, tetapi mengumandangkan ciptaan yang baru. Visi Alkitabiah merekah dengan maklumat tentang hal-hal baru yang sedang dikerjakan Allah, dan tentu itu berarti bahwa pada waktu dan ruang kita sekarang, gereja harus menjadi komunitas dari berbagai alternatip, visi alternatip, ruang alternatip, spiritualitas alternatip dan gagasan serta praktik ekonomi alternatip. )

Terkait dengan itu, maka kemiskinan harus ditanggulangi dengan kesadaran pemahaman ekonomi keluarga. Krakter ekonomi utama rumatangga kehidupan Allah adalah. 1. Rahmat ekonomi Allah yang ramah membawa dan melestarikan kelimpahan bagi semua. 2. Ekonomi Allah yang ramah menuntut kita agar mengelola kelimpahan hidup dengan cara yang adil, partisipatip dan bersifat melestarikan. 3. Ekonomi Allah adalah suatu ekonomi kehidupan yang mengedepankan semangat saling berbagi, solidaritas yang menglobal, martabat manausia, cintakasih dan pemeliharaan keutuhan ciptaan. 4. Ekonomi Allah adalah suatu ekonomi untuk keseluruhan oikumene- keseluruhan kommunitas bumi. 5. Keadilan Allah dan keberpihakannya pada kaum miskin adalah tanda dari ekonomi Allah. Untuk memahami alternatip ekonomi ini barangkali saat ini gereja perlu mengidentifikasi kaitan gerakan ekonomi, ecologi dan eukomene . Sejauhmana gereja kita telah melakukan gerakan ekonomi alternatip dalam rangka mengkaji hubungan penanggulangan kemiskinan dan lingkungan hidup. Sejauhmana program lingkungan hidup dilakukan dengan menghormati berbagai alternatip yang ada dalam kesadaran masyarakat, menghormati kearifan local. Sejauhmana kajian teologi dapat dilakukan dalam kerangka menjadikan alam sebagai subjek yang menyediakan kebutuhan yang berlimpah terhadap manusia.

Ketiga, gereja-gereja di Indonesia sejak tahun 1970 hingga kemudian tahun 1980, dan puncaknya menjelang gerakan demokrasi di Indonesia sudah muncul kesadaran mengkaji adanya kelemahan ilmu dan teknologi modern, yang dikenal dengan revolusi hijau untuk mengatasi masalah kemiskinan. Bahkan dengan model itu terlihat penaganan masalah kemiskinan dan masalah lingkungan hidup menjadi semakin amburadul. Unggulan pertanian organik saat ini adalah gerakan baru untuk mensintesiskan kajian teologi dan kearifan lokal sebagai bentuk perlawanan terhadap gagasan Neo liberalisme.

Keempat, gereja kita sejak era missionar telah memiliki tradisi kedekatan dengan lingkungan hidup, yakni tradisi pargodungan (penataan terhadap kompleks gereja ssbagai relasi transendens sekaligus transformatip secara asri. Dalam kaitan ini gereja memahami kebaradaannya sebagai peristiwa, sehingga dimana ada gereja disitu ada ruang pencerdasan, transformasi social dan transformasi lingkungan hidup. Kesadaran ini mendorong gereja menjadikan hubungannya yang interaktip dengan kebudayaan manusia yang menghormati alam.

Kini apa yang dilakukan di era missionar dalam konteksnya memaknai lingkungan hidup agaknya perlu dikaji ulang. Sebab belakangan ini nampaknya gereja bukan lagi menjadi sumber inspirasi pembaharuan terhadap alam dan masyarakat. Slogan gagasan lingkungan hidup untuk melakukan program 4R yaitu: recycling (MENDAUR ULANG), reuse (MENGGUNAKAN KEMBALI), reduce (MENGURANGI PEMAKAIAN) dan replanting (MENANAM KEMBALI) mungkin dapat dilakukan, sekaligus dalam mengkaitkannya dengan gerakan ekonomi, ekologi dan oikumene (3E).