JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN  HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
Jubileum

Rabu, 21 Juli 2010

LATIHAN MENJADI PEMIMPIN DESA BERSAMA PARA PENDETA HKBP (KSPPM & Departeman Diakonia HKBP)

LATIHAN MENJADI PEMIMPIN DESA
BERSAMA PARA PENDETA HKBP
(KSPPM & Departeman Diakonia HKBP)

By: Pdt. Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)


Pada hari Rabu sampai Sabtu tanggal 20-22 Mei 2010 KSPPM (Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat) mengadakan pelatihan “Menjadi Pemimpin Desa” di Training Centre KSPPM Girsang I Sipanganbolon Parapat. Di mana para peserta berasal dari berbagai dampingan KSPPM yang berasal dari berbagai daerah seperti Sipahutar, Pangaribuan, Siborongborong, Tarutung dan Samosir.

Jumlah peserta yang ikut berjumlah 35 orang. Peserta Pelatihan ini juga semakin ramai karena dalam pelatihan ini KSPPM juga bekerjasama dengan Departemen Diakonia HKBP, dengan mengundang 15 orang para pendeta HKBP untuk ikut pelatihan. Antara lain peserta yang ikut dari HKBP adalah Pendeta HKBP dari HKBP Hutabarat, HKBP Simorangkir, HKBP Pangaribuan, HKBP Sipahutar, HKBP Lintongniuta, HKBP Huta Tinggi, HKBP Labuhan batu, HKBP Kisaran, HKBP Medan, HKBP Sidikalang dan masih ada beberapa lagi HKBP yang lain di sekitar Samosir.

Beberapa pembicara yang diundang adalah Kadep Diakonia HKBP Pdt. Nelson Siregar untuk memberikan sesi Pemimpin yang mengendalikan Perubahan, Pdt.Sumurung Samosir memberikan sesi Analiusa Sosial, Pdt.Rawalpen Saragih memberikan sesi Refleksi Teologi, Parlin Manihuruk memberikan Pemimpin dalam organisasi dan masih ada beberapa pembicara yang lain. Dari Departeman Diakonia HKBP Pdt.Maruasas Nainggolan dan Calon Pendeta Binsar Nababan.

Kadep Diakonia Pdt. Nelson Siregar dalam sesinya mengatakan,” Kepemimpinan yang bisa melakukan dan mengendalikan perubahan, harus terbuka dengan pengetahuan yang baru dan informasi terbaru. Dan bagaimana kita memperbesar dan memajukannya bersama teman dan rekan-rekan setim. Dan ini tidak bisa otomatis berlangsung tetapi harus dikembangkan dari diri sendiri. Dengan mengembangkan pengaruh kepedulian terhadap sesama. Kita yang harus mempengaruhi situasi dan kondisi. ”Kita harus bisa memperkuat pengaruh ke kelompok kita, itu kalau kita banyak peduli kepada setiap anggota kita. Sensitif mendengar keluhan teman-teman kita. Kalau kita layani dengan baik, maka dia akan mengerti kepribadian kita. Seorang yang bisa memimpin transformative harus banyak di dalam dirinya kepedulian. Kalau kita memimpin rapat, harus kita hormati aturan yang sudah kita sepakati bersama.

Seperti kasus yang terjadi di Muara, Tarutung dan berbgai tempat lainnya di Tapanuli kasus “Begu Ganjang” kenapa bisa terjadi salah satunya karena di sana terjadi krisis kepemimpinan, kesenjangan ekonomi yang tidak bisa diterima dan ditolerir oleh masyarakat. Kasus Begu Ganjang adalah kebodohan dan kemiskinan. Ada pemimpin yang hanya berpikir untuk uang. Hanya kerja dan tidak pernah tidur. Ada pemimpin yang hanya menciptakan musuh dan lawan. Kalau tidak ada masalah tidak sehat dan tidak bergerak. Musuh seorang pemimpin adalah kemiskinan dan kebodohan. Misalnya kalau kita menjadi pemimpin kita apakah kita ada dipengaruhi oleh orang miskin. Apakah roh zaman yang mempengaruhi kita. Kelompok Tani sekarang banyak dipengaruhi roh zaman. Pemimpin sekarang bisa menjadi pemimpin harus banyak uang. Kelompok tani bisa menjadi pemimpin bahkan sampai menjadi Bupati dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ketika para petani berani menyatakan bahwa, “Uang mu itu tidak penting, bagi kami tapi tuntutuan kami setelah Anda terpilih harus memperjuangkan nasib kami.” Kelompok tani harus bisa membangun organisasi ditingkat desa, kabupaten. Haposan di naotik.

Agama mempengaruhi etos kerja, gerakan sosial. Pargodungan sebagai model kepemimpinan dengan membuat sekolah, dibuat juga rumah sakit yang bisa menyembuhkan sakit. Tidak ada lagi konsep kepemimpinan yang tertata, bisakah agama mencerminkan pengaruhnya kepada kepemimpinan. Gerakan moral juga dilakukan Tuhan Yesus, melakukan perubahan, radikalisasi dalam kehidupanNya. Mahatma Gandi perjuangan tanpa suara. Disiksa tapi tidak mundur. Gerakan moral di Myanmar, berjuang tanpa kekerasan. Gerakan petani bisa kita buat bertemu dengan Bupati sekali seminggu, dan benar-benar menyampaikan keluhannya kepada Bupati. Tidak bisa dipaksa oleh keadaan apapun, tidak ada yang bisa mendikte. Bukan tekanan yang mengubah saya, tetapi tekanan yang akan saya ubah. Kalau mau mengubah korupsi kita mulai dari kelembagaan kita. Organik jangan hanya di mulut tetapi juga yang harus dilakukan sekarang mulai dari diri sendiri. Sekarang hampir tidak ada gereja yang mengorganiser kelompok tani.

Komitmen kepimpinan adalah bagimana mengubah masyarakat. Pidato Obama dia mengarahkan perubahan, kaum minoritas bisa memimpin. Kelompok tani bisa memilih bupati yang berpihak kepada Petani. Kalau ada keberanian mengatakan Perubahan harus terjadi. Apa sebenarnya arti hidup dalam hidup kita, kita mau mengumpulkan apa? Kita mau mencari makna. Apa yang sebenarnya kita cari sekarang? Kenapa tidak ada kepedulian terhadap kemiskinan Tidak ada lagi kepeduliaan terhadap sesame. Bagaimana kita berguna bagi orang lain? Bagimana supaya manusia semakin bermartabat, semakin sejahtera? Kelompok tani hancur karena ada bantuan yang datang dan pemimpinnya tidak konsisten.

Di akhir sesinya Kadep Diakonia mengatakan dan menegaskan “Nilai-nilai keyakinan menjadi seorang pemimpin adalah: Sederhana (seperti Gusdur), Bersemangat (Melihat orang yang apatis dibangkitkan), Proaktif, Konsiten (indikator dari orang yang menderita), Yakin pada perubahan, bertindak adil dan jujur. Salam Diakonia “Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja” Bravooo Diakonia HKBP.

By: Pdt. Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia HKBP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar