JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN  HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
Jubileum

Kamis, 03 Desember 2009

LAPORAN KEGIATAN DIAKONIA OLEH LEMBAGA BIBELVROW HKBP

1. Konsep Biblis Pelayanan Diakonia dan Gerakannya
2. Visi Misi dan Program Pembenahan Serta Program Kerja
3. Aksi Gerakan Tahun Diakonia 2009 oleh Lembaga Sekolah Bibevrouw HKBP

Pengantar
Allah tidak pernah menutut lebih dari kita, tetapi dalam segala kelebihan kita Allah berharap kita berlaku lebih dari orang lain. Inilah yang dapat barangkali kita simpulkan dalam pemberitaan para nabi yang mengkritisi mengenai polarisasi peribadatan Israel. Ibadah yang benar adalah ibadah yang dianonis.

Kita boleh belajar dari keberhasilan pelayanan Nehemia. Kunci keberhasilan pelayanan Nehemia adalah takut akan Tuhan (Nehemia 5:15). Dalam Nehemia 5:14-19, Nehemia tidak menyalahgunakan kekuasaan dan tidak mengambil keuntungan (kepentingan diri), menjauhi kecurangan, melalui jabatan dan senantiasa bertanggung jawab kepada Tuhan, karena dia takut akan Tuhan dan mencintai bangsanya. Dalam masa 12 tahun sebagai pejabat negara, Nehemia dimotivasikan (didorong) untuk melakukan tiga langkah Alkitabiah : Takut akan Tuhan dan menghormati Allah (ayat 15), mengasihi dan melayani kepentingan bangsanya (ayat 17-18) dan mendoakan bangsanya (ayat 19).
Orang Kristen harus memberi tumpangan. Berkali-kali disebut dalam PB ditegaskan kewajiban untuk membukakan pintu (Ibr. 13: 2; 1 Tim. 3: 2; Tit. 1: 8; 1 Petr. 4: 9). Tyndale memakai suatu kata yang tepat ketika ia menerjemahkannya, bahwa orang Kristen seharusnya mempunyai watak seperti pelabuhan. Rumah tangga tidak pernah akan bahagia apabila hidup untuk diri sendiri.

Kekristenan adalah agama dari tangan-tangan yang terbuka, hati yang terbuka, dan pintu yang terbuka. Di tengah dunia yang bertekad mencari untung, orang Kristen bertekad untuk memberi, karena ia tahu bahwa: ”apa yang kita simpan akan hilang, dan apabila kita memberi, kita akan mendapat.”

Kita harus saling mengasihi dalam kasih persaudaraan. Kita harus saling mengasihi karena kita adalah anggota dari satu keluarga. Kita bukan orang-orang asing dalam jemaat Kristen; kita juga bukan kelompok-kelompok yang saling mengisolir; kita adalah saudara-saudara, karena kita mempunyai satu Bapa, yaitu Allah.
One love anothers, istilah Inggris yang berarti seorang mengasihi yang lain. Selanjutnya istilah Yunani disebut: ’ta etna’, dalam rangka pengutusan yang artinya bagi bangsa-bangsa. Dengan kata lain bagi dunia ini.

Sehubungan dengan itulah kami mencoba memahami Tahun Diakonia HKBP 2009 dengan tema yang dikutip dari Yer. 29: 7. Ada dua kata kunci yang menjadi klik perhatian di sana, yaitu: Usahakanlah dan berdoalah dalam bingkai mensejahterakan. Kata Iberani yang menjelaskan kata ’ Usahakanlah’ adalah shalom. Dalam konteks ini kata shalom berarti kedamaian, persatuan, keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan dan persekutuan. Shalom berarti semua kekacauan dalam hidup manusia diatur, semua perpecahan dipersatukan kembali, semua penyakit disembuhkan, semua gangguan diatasi.

Shalom adalah kata pokok yang menggambarkan visi Alkitab tentang suatu persekutuan yang mencakup seluruh ciptaan (band. Imamat 26 : 4 - 6 ; Yehezkiel 34 : 25 - 29). Shalom tidak hanya berarti ketiadaan permusuhan. Shalom melebihi hubungan yang baik. Shalom berarti menikmati berbagai bentuk hubungan baik, antara lain :

• Hubungan baik dengan Tuhan. Kita hidup dalam hubungan baik dengan Tuhan, karena karya Tuhan Yesus Kristus ( Roma 5 : 1 ). Shalom disini berarti kepercayaan disandarkan kepada Allah saja, bukan kepada sesuatu yang lain.

• Hubungan baik dengan sesama. Harus membangun kehidupan bersama dengan sesama, pihak-pihak yang terpisah dipersatukan. Ketidakadilan, perang dan penindasan harus ditiadakan ( Galatia 3 : 28 ; Epesus 2 : 14 – 15)

• Hubungan baik dengan lingkungan hidup (Yesaya 11 : 6 - 8; Markus 4: 37 - 39)

• Hubungan baik dengan diri sendiri. Disini shalom berarti kepuasan dan ketenangan batin. Lawannya adalah ketamakan yang mengakibatkan kekuatiran (Yesaya 57 : 19 – 21 ; Matius 11 : 28 – 29)

Sedangkan ’berdoalah’ artinya jauh lebih dalam artinya dari sekedar lipat tangan, tutup mata lalu mengungkapkan kata-kata ucapan pujian syukur dan permohan. Bedoalah atau doakanlah artinya adalah menjadikan pekerjaan kita adalah ibadah kita. Hal ini kemudian yang dijadikan oleh Martin Luther dengan sebutannya yang sangat terkenal: Laborare et orare.

Pengulasan
Dasar Biblis tentang pelayanan Diakonia
Sebelumnya kita harus menyepakati lebih dulu bahwa Tahun Koinonia dan Tahun Marturia yang telah selesai kelender penahunannya dalam pelayanan penyebutannya di HKBP, dan kini Tahun Diakonia 2009, itu bukan berarti diskontinuitas, bahkan menjadi suatu pelayanan yang kontinuitas dalam tahun diakonia. Atau dengan kata lain dapat dikatakan dengan tepat bahwa Koinonia, Marturia dan Diakonia adalah pelayanan ’segi tiga sama kaki’. Satu sama lainnya memiliki hubungan mutual = kesalingan yang integratif dan komprehensif. Hal ini dapat dibuktikan dengan dasar biblis sebagai berikut.

Dalam cerita penciptaan disebutkan bahwa ’dunia belum berbentuk apa-apa’, lalu kemudian Allah ’membentuknya’ dan selanjutnya mengisinya. Baru setelah itu diserahi tugas kepada manusia untuk mengelolanya. Allah tidak menginginkan kesemberautan, Allah mau ada keteraturan, keindahan. Dengan bahasa sekarang, Allah menginginkan dunia ini termenage, tertata rapi.

Adam, seorang diri disadarinya tidak dapat melakukan semuanya itu. Dan kesadaran diri yang dalam dinyatakan Adam bahwa tidak ada yang seperti dia. Dia butuh ada yang seperti dia. Kalau tidak hanyalah kesunyian yang mengitari hidupnya. Dia butuh ada teman persekutuan, yang boleh diajak untuk menyaksikan semua ciptaan Allah dan sekaligus menjadi mitra tetapnya. ”Ndang denggan sasadasa baoa i punjung .... bahen pangurupi/angkupna. Makna teologis yang diukir di sini dalam konteks pelayanan gereja adalah setiap orang adalah pastor, gembala terhadap sesamanya, pelayan (Bahasa Latinna: Offiosum).

Barulah kemudian kita dapat melihat bahwa wujud dari pelayanan diakonia itu adalah bersedia memberi demi suatu pelayanan kehidupan. Contoh: Perempuan Janda di Sarpat. Analogi mengenai persembahan ibu janda dengan persembahan seorang kaya.
Sesungguhnya visi daripada pelayanan diakonia itu adalah: Hendaknya segala lidah mengaku bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat (Bnd. Pil. 2: 11) dan Memberi kepada Allah (Mat. 25). Berdasar dari prinsip itulah maka aksi atau misinya dengan melakukan pelayanan Tri Tugas Gereja.

Hakekat Diakoni
Istilah diakonia dipopulerkan dalam era Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru. Ada dua kata yang berhubungan erat dengan diakonia yaitu diakoneim dan diakonos. Diakonia berarti pelayanan ; diakoniem berarti melayani; dan diakonos berarti pelayan. Pada mulanya, diakonia bermakna pelayanan secara terbatas pada pelayanan firman. Dalam perkembangannya, diakonia sering digunakan dalam berbagai konteks.

a. Dalam II Kor. 5:18-19 ; diakonia digunakan dalam konteks pelayanan perdamaian yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus untuk mendamaikan diri-Nya dengan manusia. Jadi Yesus Kristus adalah diakonos perdamaian.

b. Dalam Wahyu 2:19 ; diakonia digunakan dalam konteks tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan oleh orang-orang percaya. Pelaksanaan tugas tersebut dikaitkan dengan kesabaran, iman ,dan ketekunan.

c. Dalam Kolose 4:17; diakonia digunakan dalam konteks tugas pelayanan yang diterima dari Tuhan.

Dilihat dari pemakaian awal dan pemakaian dalam beberapa konteks di atas dapat dikatakan bahwa diakonia adalah tugas pelayanan dari Allah untuk kesejahteraan manusia. Sekalipun tidak menggunakan kata diakonia, melalui peristiwa Pembagian Roti kepada lima ribu orang (Yoh. 6:1-15; Matius 14:13-21), Yesus Kristus memperlihatkan aspek kesejahteraan fisik dari pelayanan yang dilakukanNya. Hal ini mengindikasikan bahwa kecukupan pangan merupakan tugas yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh murid-murid. Kata Yesus, “Tidak perlu mereka pergi kamu harus memberikan mereka makan. Penggunaan kata harus menggambarkan sikap Tuhan Yesus terhadap palayanan kesejahteraan (Diakonia). Orang-orang yang datang kepada-Nya tidak cukup dilayani dengan khotbah yang menyenangkan secara spiritual tetapi juga perlu dikenyangkan secara material.

Dalam Kisah. 6:1-17, dengan jelas diadakan pembedaan dua macam pelayanan (diakonia) yaitu dikonia meja dan diakonia firman. Diakonia meja dimaksudkan pelayanan yang mengeyangkan secara material sedang diakonia firman merupakan pelayanan yang mengeyangkan secara spiritual.

Haruskah Gereja Berdiakonia?
Secara ringkas, pertanyaan di atas dapat dijawab dengan kata ‘ya’. Gereja harus berdiakonia. Pertanyaan yang justru membutuhkan uraian adalah, “mengapa gereja harus berdiakonia?” Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus memasuki pembahasan tentang hakekat Gereja. Gereja tidak dapat dimengerti tanpa Kristus karena bagaimanapun gereja terkait dengan Kristus. Asal mula Gereja terletak pada karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Jika tidak ada karya penyelamatan Allah dalam Kristus, maka gereja juga tidak akan ada dalam dunia. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang menanggapi atau menjawab panggilan Allah dalam iman untuk ikut mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah melalui Kristus. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang mengikut Yesus; persekutuan murid-murid Yesus. Sebagai persekutuan pengikut Yesus, gereja sering digambarkan sebagai tubuh Kristus. Gambaran itu mengandung arti bahwa Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja, Kepala dari tubuh itu, ingin menggunakan gereja untuk menyatakan dirinya serta bekerja dan melayani di dunia ini.

Berdasarkan Lukas 1:31-32 dan Yohanes 3:16, Yesus adalah Anak Allah. Anak yang dikaruniakan kepada dunia ini sebagai wujud kasih Allah bagi dunia, demi keselamatan dunia. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Juru Selamat dunia, Yesus berperan sebagai Diakonos Agung atau Pelayan Agung. Kesaksian yang paling menarik tentang hal ini terdapat dalam bagian Alkitab yang memuat kejadian-kejadian dan percakapan antara Tuhan Yesus dan Murid-Nya di sekitar perjamuan malam terakhir. Hal itu dapat dibaca dalam Lukas 22:24-30; Markus 10:3545; dan Yohanes13:17.

Kata-kata yang sangat penting adalah kata Tuhan Yesus dalam Lukas 22:27, “Sebab siapakah yang lebih besar, yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah yang duduk makan? Tetapi aku ada ditengah-tengah kamu sebagai pelayan. Markus 10:45 : “Karena anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam kedua nats itu telah didemontrasikan di dalam kejadian yang saksikan melalui Yohanes 13:17. Melalui perkataan dan tindakan nyata Tuhan Yesus, kita melihat bahwa diakonia atau pelayanan bukan hanya merupakan salah satu segi dari karya penyelamatan Kristus melainkan justru merupakan hal yang paling sentral dari karya penyelamatan tersebut. Kita dapat mengatakan bahwa Tuhan Yesus sendiri merumuskan karya penyelamatan-Nya sebagai diakonia atau pelayanan dimana Ia memberikan dirinya sendiri untuk keselamatan orang banyak.

Didalam kisah tentang pembasuhan kaki murid-murid, kita juga membaca kata-kata Tuhan Yesus sebagai berikut : “Mengertikah kamu apa yang telah kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan kamu itu tepat, sebab akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semuanya ini, maka berbahagialah kamu jika kamu melakukannya. Berdasarkan perkataan Tuhan Yesus itu, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa melayani seperti yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus itu juga berlaku bagi gereja sebagai persekutuan orang-orang yang mengikut Kristus, persekutuan murid-murid Yesus. Menjadi murid Tuhan Yesus atau menjadi pengikut Yesus berarti menjadi pelayan; bahkan pelayan yang memberikan dirinya sendiri untuk orang lain.

Diakonia yang bagaimana seharusnya pelayanan itu?
Jawabnya adalah Diakonia yang REFORMATIF.
Dasar pemikiran
Suatu jemaat atau masyarakat terdiri atas struktur yang kaya, yang menengah, dan yang miskin. Kelompok atau anggota masyarakat dapat mengalami perpindahan kelas. Kelas miskin dapat meningkat ke menengah; kelas menengah dapat meningkat ke kelas kaya dan sebaliknya. Kemiskinan pada hakekatnya dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kemiskinan antara lain disebabkan oleh kurangnya pendayagunaan potensi manusia dan alam. Kurangnya pendayagunaan potensi manusia dan alam disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan penguasaan teknologi. Oleh sebab itu, pengembangan dan pendayagunaan potensi manusia dan alam dalam rangka penghapusan kemiskinan, pada hakekatnya dapat diupayakan melalui peningkatan pendidikan dan penguasaan teknologi.

Tindakan :
Membangun sekolah-sekolah dan menyelenggarakan pengembangan sdm, membangun rumah sakit dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan, menyiapkan dan menyalurkan bantuan teknologi melalui penyuluhan dan pembinaan keterampilan, serta mengusahakan / menyediakan modal kerja bagi para tani dan buruh agar dapat meningkatkan produksitivitasnya.

Ciri-ciri :
a. Orientasi pelayan di bidang pendidikan, kesehatan, perkoperasian, usaha-usaha untuk peningkatan penghasilan dan pendampingan hukum.
b. Solidaritas kelompok mulai ditumbuhkan
c. Memerlukan tenaga terampil dan sesuai dengan program
d. Lebih menyentuh akar permasalahan dan dampaknya lebih bersifat jangka panjang.
e. Biasanya melengkapi program Diakonia Gereja – pelembagaan berbagai sektor pelayanan diakonia yang dianggap sentrum.
f. Sudah memberikan pancing, bukan lagi ikan
Ada empat unsur dalam kasih Kristus yang mempengaruhi pekerjaan gereja dalam jemaat dan masyarakat dalam hal diakonia yang reformatif, yaitu :

• Kasih berarti penghargaan terhadap kehidupan seseorang. Harkat seseorang (termasuk yang hina karena dosanya) ditetapkan oleh kasih Allah (bnd. Roma 5:6-8 Matius 5: 15) Kasih Kristus tak tergantung pada jasa, kelas sosial, sikap / kerja orang yang dikasihi Setiap orang adalah sesama kita yang dikasihi oleh Allah. Kasih juga tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lahiriah. Karena itu kasih tidak membedakan atau memandang muka (Jakobus 2 : 8-9; Matius 25:31-46; Lukas 12 : 12-14).

• Kasih bukan hanya sikap batin tetapi perlu dinampakkan dalam perbuatan konkrit. Pada satu sisi, kasih tidak sama dengan perbuatan baik (amal), karena kasih harus lahir dari kesadaran yang dalam (bnd. I Kor.13:1) Akan tetapi pada sisi lain, kasih yang berhenti pada sebatas menaruh belas kasihan kepada orang lain, bukan kasih sejati (bnd Lukas 6 : 27). Kasih berarti keinginan menolong dengan perbuatan nyata (Lukas 10 : 25-37, I Yohanis 3 : 17-18).

• Kasih berarti kepekaan kepada kebutuhan dan penderitaan sesama (Roma 12 : 12). Kasih berarti solider dengan orang lain. Kalau kita mengasihi seseorang, kita akan merasa sakit hati jika ia dihinakan. Kita merasakan ketidakadilan yang dialaminya.

• Kasih sejati tidak terbatas pada kerabat dan teman kita. Kasih sejati harus menjangkau semua orang / sesama kita tanpa kecuali. Makna sesama sangat berbeda dengan teman. Teman adalah orang yang kita pilih karena kita menyukainya. Sesama kita bukan yang kita pilih tetapi orang yang diberikan Tuhan antara lain : tetangga, teman seekerja, orang yang bertemu dengan kita, kapan saja dan dimana saja.
Kesimpulan

1. Diakonia tidak hanya bersifat bantuan karikatif kepada orang miskin, tetapi haruslah membimbing dan memperlengkapi masyarakat sehingga mereka dapat mandiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan bukan sekedar sebagai penunggu lapangan kerja dan uluran tangan orang lain. Karena itu program kemandirian teologi, daya dan dana harus mendapat perhatian yang jelas dalam program-program nyata gereja dan tidak sekedar sebagai ungkapan-ungkapan yang abstrak dari atas mimbar. Program-program konkrit tersebut antara lain program peningkatan ekonomi warga, program pendidikan motivator, pendidikan kesehatan dan lain-lain. Program-program tersebut tidak harus hanya dibatasi pada lingkup jemaat sendiri.

2. Diakonia haruslah bersifat kemanusiaan artinya, pelayanan diakonia tidak terbatas pada gereja dan orang-orang Kristen saja, tetapi kepada semua orang (bandingkan dengan ceritera orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10 : 25 – 37). Yesus datang dan mendirikan Kerajaan Allah dan menjadikan gereja sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia ini dan sebagai alat dari kerajaan itu. Apabila gereja mengadakan pelayanan diakonia harus selalu ditujukan kepada semua orang, terlepas dari perbedaan agama, suku, budaya, golongan dan berbagai perbedaan lainnya. Disadari bahwa di beberapa tempat dan situasi, pelayanan diakonia dibatasi hanya untuk kalangan Kristen saja karena dianggap sebagai suatu kampanye kekristenan, namun sekarang ini di beberapa tempat dan dalam setiap kesempatan sering terbuka kemungkinan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Dalam hal ini pelayanan diakonia yang tulus dapat dilaksanakan. Pelayanan diakonia yang bersifat kemanusiaan bukanlah pelayanan diakonia yang harus berbendera Kristen, tetapi suatu pelayanan diakonia yang lahir dan termotivasi dari dan oleh pelayanan Kristus yang kita alami, bahwa kita memberi karena kita telah menerima. Kita percaya bahwa Allah dapat bekerja kepada orang lain melalui kita.

3. Diakonia harus mempunyai sifat ‘saling’. Pelayanan yang benar tentu mengakui adanya gambar Allah pada diri orang lain juga. Dengan demikian maka perasaan lebih dari orang lain adalah tidak benar. Kita dalam melaksanakan tugas diakonia, menempatkan diri setara dengan orang lain yang kita layani dan tidak memandang mereka sekedar sebagai obyek. Tuhan Yesus misalnya tidak menempatkan kesetaraanNya dengan Bapa, melainkan dengan manusia. Sebagai pelayan Dia mengambil bagian dalam penderitaan manusia bahkan dalam kematian. Umat Kristen dan gereja diharapkan mengikuti hal yang telah dicontohkan oleh Tuhan Yesus termaksud.
Sekalipun setiap orang Kristen dapat bertindak sebagai diaken terhadap sesamanya, namun gereja sebagai suatu lembaga persekutuan mengenal adanya jabatan diaken. Para diaken adalah pengelola potensi yang dimiliki warga jemaat termasuk dana (harta) yang dipersembahkan untuk kepentingan diakonia. Mereka adalah pengelola milik Allah dan karena itu mereka harus mengelola bukan berdasarkan keinginan dan seleranya, tetapi berdasarkan kehendak Allah. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa tanggung jawab diaken tidak hanya semata-mata berhubungan dengan bagaimana menggunakan apa yang sudah ada tetapi juga bagaimana menggali potensi warga jemaat termasuk menghasilkan dan memperoleh harta itu untuk digunakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan anggota atau dalam rangka pengentasan umat manusia dari belenggu kemiskinan.

Visi Misi Sekolah Bibelvrouw HKBP Laguboti
1. Sejarah
Elfriede Harder adalah seorang Schwester berkebangsaan Jerman, beliau salah seorang tenaga missionar yang diutus RMG datang ke tanah Batak dalam memberitakan tahun rahmat Tuhan. Elfriede Harder lahir tgl. 26 Juli 1896 desa Colmar di Elsass, Berlin, dan meninggal pada tgl. 9 Agustus 1971. Dia dibesarkan oleh neneknya setelah ibunya meninggal pada usianya kurang lima tahun. Doa neneknya mengenai Elfriede Harder adalah: “ya Tuhan, jika engkau mengijinkan dia hidup, jadikanlah dia sebagai PENGAJAR.

Elfriede Harder mengawali dan mempersiapkan dirinya sebagai Schwester setelah mengikuti pendidikan Sekolah Alkitab.
Elfrieda Harder adalah penggagas pendirian Sekolah Bibelvrouw pada tgl. 1 Agustus 1934 di Narumonda. Inisiatif pendirian sekolah ini adalah bermula dari kursus Alkitab yang dilakukannya terhadap kamu perempuan yang sudah janda sejak tahun 1930 di Laguboti. Antusias kaum perempuan saat itu terhadap aksi pendekatan Schwester Elfriede Harder sangat hebat.

Adapun latar belakang pelayanan khusus Elfriede Harder terhadap kaum perempuan Batak adalah atas perhatian yang tidak seimbang antara status laki-laki dan perempuan yang telah menikah. Perempuan yang telah janda, ada kesan pada saat itu orang yang tidak berharga. Mereka-mereka: “ina na dibolongkon”. Elfriede Harder melihat hal itu sebagai suatu masalah besar yang menjadi orientasi pelayanan yang sangat signifikan. Dia rajin mengunjungi mereka-mereka yan telah janda dan pada akhirnya mengorganisir mereka melalui suatu kursus Alkitab di Laguboti.

Banyak tantangan pelayanan terhadap ibu-ibu janda yang dilayani Elfriede Harder. Salah satunya, ketika ada persiapan pelaksanaan upacara pemanggil roh orang mati pada malam hari di suatu kampung, diumumkan supaya tidak ada satu rumah pun pada malam hari yang tidak memadamkan alat penerang di rumah masing-masing. Hal itu adalah salah satu persyaratan yang mutlak, jika roh yang hendak diundang itu mau datang. Seorang ibu janda yang telah bergabung dalam pelayanan Elfriede Harder mengabaikannya, sehingga roh yang diundang itu tidak datang. Penduduk itu memarahinya dan sambil melontarkan kata-kata bahwa dia tidak lama lagi akan kena kutuk roh orang mati, tanpa terkecuali juga terhadap Elfriede Harder. Dia tetap tabah dan kuat menghadapinya di dalam doa kepada Tuhan Yesus. Kutuk yang dinanti-nanti penduduk sekampung itu tak kunjung turun, bahkan dia semakin bersukacita hidup di dalam kasih dan perlindungan Tuhan yang diajarkan oleh Elfriede Harder.

Ada juga tuduhan selintingan yang dialami oleh Elfriede Harder dari kalangan orang Batak bahwa dia mengajarkan para perempuan Batak untuk menadakan pergerakan menentang budaya Batak tentang status perempuan. Dari kalangan para missioner, Elfriede juga mengalami hambatan hebat dengan menuduhkannya sebagai missioner yang telah keliru ajarannya. Dia disebut sebagai pengajar terhadap perempuan supaya “tondi-tondi on”. Sehingga pendanaan dalam misi pelayanannya itu tidak diberikan lagi. Para Bibelvrouw yang ditempatkan melayani di gereja-gereja yang tidak menerima ‘balanjo’ karena ketidakmampuan jemaat yang biasanya ditanggulangi oleh Elfriede Harder melalui dana RMG telah dihentikan. Namun Elfriede terus semangat melangsungkan pelayanannya dan begitu juga para Bibelvrouw.

Bahkan disituasi sulit keuangan tersebut terinspirasi baginya untuk mengarang lagu yang berjudul “Na mora tutu”, yang kemudian menjadi salah satu dari sekian nyanyian yang dikarangnya menjadi nyanyian kesukaan yang sering diperdengarkan dan dinyanyikan bersama para ibu janda yang mengikuti Kursus Alkitab kepadanya. Jiwa lagu itu ternyata memotivasi para perempuan janda untuk bertanggungjawab meneruskan perjuangan Elfriede Harder.

Di samping pengajaran Kursus Alkitab, Elfriede juga mengajarkan keterampilan ‘mar-tonun’, mengajarkan tentang hidup bersih, hidup disiplin dalam bekerja dan dalam hidup spiritualitas. Dia menganjurkan kepada para ibu-ibu yang kursu Alkitab untuk selalu menyediakan waktu untuk bernyanyi dan berdoa bagi Tuhan (baca: meditasi diri). Bagi Elfriede Harder, mulai dari pukul 18.00 – 19.00 WIB adalah waktu yang dipakainya dengan disiplin setiap harinya untuk meditasi. Waktu di mana tidak seorang pun yang dapat mengganggunya.
Nas Alkitab istimewa Schwester Elfriede Harder adalah yan tertulis dalam 2 Taw 16: 9, “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan."

Sekolah ini pernah berhenti oleh karena terjadinya perang pada tanggal 10 Mei 1940 antara Belanda dan Jerman. Elfrieda Harder ditangkap dan dipenjarakan dan tidak ada lagi yang mengelola sekolah ini.
Pada tgl. 1 Maret 1945 Sekolah ini dibuka kembali oleh Pdt. Kasianus Sirait yang melayani di HKBP Godung Laguboti. Persekutuan Zending Perempuan Distrik Toba yang memintakan kepada Pdt. Kasianus Sirait untuk membuka sekolah ini dan mereka bersedia menanggulangi segala biaya yang dibutuhkan. Ada 7 orang yang dididik selama satu tahun kala itu dan lulus pada tgl. 7 Juli 1946.

Penerimaan angkatan kedua masa kepemimpinan Pdt. Kasianus Sirait diterima pada tgl. 1 April 1947 dan diterima sebanyak 17 orang dan mereka yang lulus adalah sebanyak 14 orang pada tgl. 5 September 1948. Dari mereka yang dididik itu ada 4 orang yang berasal dari Simalungun.

Baru sejak tahun 1950 sekolah ini direncanakan untuk ditingkatkan setelah kesediaan Biv. Damaris Panjaitan menjadi tenaga pengajar dan sekaligus ibu asrama yang mendampingi Pdt. Kasianus Sirait. Tidak luput dalam penyelenggaraan pendidikan bibelvrouw ini Pdt. Sirait memintakan bantuan dari Biv. Tiarasi Lumbantobing, yang melayani sebagai Bibelvrouw Godung Laguboti. Mahasiswa yang diterima hanya sebanyak 36 orang sesuai dengan kebutuhan fasilitas yang tersedia saat itu.
Perubahan yang terjadi pada masa itu adalah masa studi berlangsung menjadi dua tahun. Penerimaan murid baru dapat dilakukan setelah pelulusan karena berkaitan terbatasnya akomodasi asrama.

2. Maksud dan Tujuan
1. Melaksanakan tugas Tri Darma Perguruan Tinggi: Belajar, Mengajar, Penelitian dan Pengembangan yang berfungsi ganda: bagi institusi dan bagi masyarakat sebagai respon terhadap visi misi HKBP: Menjadi Gereja yang inklusif, terbuka dan transfaran.
2. Membekali pengetahuan Alkitabiah sebagai landasan segala bentuk aktivitas pelayanan
3. Mengurai dimensi pelayanan Bibelvrouw HKBP.

3. Visi Misi :

Visi
1. Sekolah Bibelvrouw HKBP menuju ke arah pendidikan yang seimbang dan bermutu.
Konotasi kata ‘seimbang’ bukan berarti menandingi tetapi tidak tertinggal. Kurikulum pengajaran dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan di medan pelayanan seara khusus dalam pelayanan bagi anak sekolah minggu, remaja/naposo bulung dan kaum perempuan. Kemudian seimbang dalam pengertian yang bermuatan mutu pendidikan yang disesuaikan dengan membangun ciri khas lembaga pendidikan ini yang berlandaskan pada kekuatan Firman Allah.

2. Memiliki kemampaun yang inovatif dan kreatif dalam menganilisis serta pengadaan dinamika pelayanan sebagai respon terhadap Allah yang hidup.
Dunia selalu saja berpotensi dalam situasi dan keadaan yang berubah-ubah. Banyak hal yang mempengaruhinya untuk berubah. Dunia boleh saja berubah dengan segala keinginannya namun dunia sebagai tempat pemberitaan dan pelayanan Kerajaan Allah harus senantiasi tetap menjadi perhatian yang serius. Sehubungan itulah lembaga pendidikan Sekolah Bibelvrouw HKBP ini senantiasa membenahi diri dalam setiap perkembangan dan tanggap menyikapi berbagai perubahan untuk kebutuhan berbagai pelayanan yang hidup. Produk lulusan dari lembaga ini pada akhirnya menghasilkan mutu pendidikan yang ‘up to date’ atau yang kena mengena dengan situasi pelayanan yang kontekstual. Analisis studi dengan memperhatikan teologi mengenai kehidupan adalah menjadi sajian dalam membekali mahasiswi menemukan apa dan bagaimana sesungguhnya menyatakan dinamika pelayanan sebagai tanggapan terhadap Allah yang hidup. Dengan demikian lulusan sekolah ini memiliki prakarsa yang kuat dalam kemampuannya yang inovatif dan kreatif ditunjukkan dengan karakter sebagai pelayan yang takut akan Allah.

Misi :
1. Pembentukan karakter sebagai pelayan perempuan yang berbudi pekerti.
Misi pembentukan karakter adalah salah satu bagian utama dari lembaga ini melalui suatu pendekatan kehidupan berasrama guna membangun kemandirian sebagai wujud jati diri yang kuat. Hidup bersih, hidup sabar, hidup dalam doa, kerelaan yang sungguh untuk dikuasai Firman Allah serta ketergantungan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.

2. Mempersiapkan mahasiswa memiliki kecerdasan yang edukatif, inspiratif dan produktif dalam aksi pelayanan.
Ketajaman pengetahuan berteologi sebagai sarana menjawab berbagai masalah dalam situasi kehidupan yang beraneka ragam adalah bahagian penting yang menjadi perhatian dalam pengajaran. Sehingga mahasiswi kelak di dalam pelayanannya dimampukan terinspirasi untuk mendisain model dari aksi pelayanan yang menghasilkan buah, dan buahnya itu benar sebagai ‘konsumsi’ bagi jemaat di mana dianya melayani.
Kemampuan berpikir dan bertindak secara hermeneutis dan konstruktif menjadi ciri khas mahasiswi di lembaga ini.
Kemampuan membaca dan kemampuan rata-rata untuk memergunakan berbagai alat tehnologi seperti Komputer dan Internet serta pengenalan yang cukup dalam bidang peternakan dan pertanian tidak luput dalam misi pembekalan mahasiswi kelak dalam pelayanannya.
Kemampuan berbahasa Inggris juga akan diupayakan dalam kaitannya dengan berbagai kegiatan lembaga secara oikumenis.

3. Menuangkan pemahaman pendekatan teologis dan sosial budaya dalam pelayanan yang berkonsentrasi terhadap kaum perempuan, sekolah minggu, remaja dan pemuda.
Kepedulian akan pelayanan selsorge sebagai pelayanan pendampingan terhadap masalah-masalah yang dihadapi jemaat juga menjadi sorotan dalam pembekalan terhadap mahasiswi di lembaga ini. Berbagai keterampilan pendekatan (skills to approach) diajarkan baik dari sudut pendekatan teologis, psikologi, sosial dan budaya.

4. Mengajarkan penguasaan nyanyian Buku Ende HKBP dan musik gerejawi.
Kebolehan bernyanyi dan mengajarkannya menjadi salah satu ciri khas lembaga ini sama dengan kemampuan memainkan alat-alat musik secara khusus organ dan key board. Sehingga lulusan dari lembaga ini telah mampu mengiringi nyanyian-nyanyian yang bernuansa modern.


4. Program Kerja
Ada 3 fase pelaksanaan program sesuai dengan target pencapainya sesuai dengan visi misi lembaga ini, yaitu:
a. Jangka Pendek 2009 - 2010
Dalam rangka menyambut Jubileum 75 Tahun sekolah Bibelvrouw yang seyogianya dirayakan pada tgl. 1 Agustus 2009, akan tetapi telah diputuskan pelaksanaannya mulai tgl. 8-11 Oktober 2009, maka lembaga ini telah menetapkan program kerjanya sebagai berikut:
a.1 Merenovasi 3 buah Gedung Perkuliahan yang masih bangunan lama sejak tahun 1937 dan akan diberi nama Ruang Kuliah Suster Elfriede Harder.
a.2 Merenovasi Kantor Induk dan menatanya sebagai sebuah kantor yang memiliki potensi berkreatif dan berprakarsa. Keadaan bangunan ini adalah masih bangunan lama sejak didirikannya bangunan sekolah ini.
a.3 Membangun Ruang Guest House.
Hal ini sangat penting karena sarana ini akan dapat dipergunakan bagi penginapan para dosen volunteer dari luar negeri, yang akan mengajarkan bahasa Inggris.
a.4 Memperlengkapi mobiler Perpustakan yang telah selesai dibangun dan memperlengkapi berbagai buku-buku yang dianggap penting dalam kebutuhan proses belajar dan mengajar serta kebutuhan pelayanan.
a.5 Memperlengkapi kebutuhan-kebutuhan belajar mengajar, seperti 3 unit Infocus, 3 unit Lantop dan 10 unit komputer P4
a.6 Pengadaan Genset
a.7 Mengusulkan kepada Pimpinan HKBP nama-nama pelayan Bibelvrouw yang akan mengikuti studi S1 dan S2 yang akan dipersiapkan menjadi tenaga pengajar di Sekolah Bibelvrouw ini.

a.8 Studi Banding Dosen (SBD)
Untuk meningkatkan kualitas para tenaga pengajar, lembaga ini juga merencanakan memberangkatkan tenaga pengajar untuk meningkatkat ilmu pengetahuan teologi dan ilmu terapan baik melalui studi akademik maupun melalui studi banding, atau kursus.
a.9 Membangun hubungan kemitraan terhadap lembaga kekristenan baik dalam maupun luar negeri serta bagi perseorangan.
a.10 Pengadaan Mars Sekolah Bibelvrouw HKBP

b. Jangka Menengah (2011-2013)
b.1 Mengusulkan kepada Pimpinan HKBP yang menjadi Ibu Asrama dari kalangan pelayan Bibelvrouw yang memiliki Atribut pendidikan S1.
b.2 Menyediakan 20 unit fasilitas Musik seperti organ dan Key Board
b.3 Mendirikan bangunan ruang musik
b.4 Studi Banding Mahasiswa (SBM). Para mahasiswa diutus melakukan pelayanan singkat enam bulan dan atau satu tahunan ke luar negeri bekerjasama dengan komisi-komisi pelayanan di UEM dan LWF

c. Jangka Panjang (2014-2016)
c.1 Masalah Tenaga Pengajar
Diharapkan dalam program jangka panjang ini, sudah akan dicapai bahwa tenaga pengajar di lembaga ini sesuai dengan keahliannya atau disiplin ilmu masing-masing.
c.2 Membangun Gedung Lab Bahasa
c.3 Peran Ganda
Lembaga ini akan membuka Kursus Bina Vocalia dan Instrument (Organ) bagi anak-anak Sekolah Minggu dan Remaja (khusus yang diutus oleh gereja-gereja).
c.4 Telah ada satu orang tenaga Dosen yang menangani Ilmu Psikologi, dua orang tenaga Dosen Musik Gerejawi dan satu orang tenaga Dosen Bahasa Inggris dari unsur pelayan Bibelvrouw HKBP.
c.5 Membangun Gedung Lab Bahasa
Lembaga ini membuka kursus Bahasa Inggris terbuka untuk umum (siswa SD, SMP dan SMA).

4. Kurikulum dan Buku Panduan
Lembaga ini tengah menggodok kurikulum demikian juga dengan Buku Panduan sesuai dengan visi misinya bekerjasama dengan BPP HKBP yang dipimpin oleh Dewan Kuratorium Sekolah Bibelvrouw HKBP. Diharapkan telah rampung pada Desember 2009.

5. Struktur dan Bidang Pelayanan pada saat ini
Struktur :
Direktur:
Pdt. Manarias P. Sinaga, MTh
Wadir Bidang Akademik:
Pdt. Demak Simanjuntak, MTh
Wadir Bidang Administrasi dan Keuangan:
Pdt. Joksan Simanjuntak, MTh
Wadir Bidang Kemahasiswaan:
Biv. Roslinda Sihombing, MSi
Bidang Pengembangan dan Penelitian :
Ketua :
Pdt. Siman P. Hutahaean, MTh
Bidang Kemitraan :
Ketua:
Biv. Roslinda Sihombing, MSi
Sekretaris:
Pdt. Siman P. Hutahaean, MTh
Bendahara:
Pdt. Santawaty Sirait, MTh
Administrasi dan Keuangan
Anggiat T. Hutahaean
Pegawai : Hokkop Samosir
Ibu Asrama : Biv. N. Siallagan
6. Tenaga Pengajar Tetap:
Biblika:
Pdt. Siman P. Hutahaean, MTh
Dogma & Teologi Sistematika :
Pdt. Demak Simanjuntak, MTh
Praktika :
Pdt. Joksan Simanjuntak, MTh
Pdt. Santawaty Sirait, MTh
Biv. Roslinda Sihombing, MSi
Pdt. Togar Simanjuntak, STh
Musik Gerejawi
Biv. Nurdiana Sihaloho, SSn

Penutup
Mengingat arah Sekolah Bibelvrouw ke depan sehubungan dengan visi misinya sudah barang tentu hal itu adalah suatu tugas berat bagi lembaga ini. Namun atas kepedulian dan kebutuhan gereja yang hari silih berganti menuntut ‘lebih’ dari para pelayan secara khusus pelayan Bibelvrouw tidak ada yang mustahil bagi Allah. Berdasarkan kenyakinan yang demikian lembaga ini dan para jemaat HKBP ditantang untuk mewujudkannya.
Lembaga ini sudah harus mensosialisasikan segala bentuk program dan mencari hubungan kemitraan baik dalam dan luar negeri dengan memilihara prinsip “kasih dan terpercaya”.
Akhirnya, kami sangat mengharapkan tanggapan dan doa bapak/ibu, saudara/i untuk menyikapi terrealisasinya program yang tertuang di atas.


Aksi Gerakan Tahun Diakonia 2009 oleh Lembaga Sekolah Bibevrouw HKBP

Kuliah Umum oleh Kadep Diakonia mengawali tahun ajaran baru 2009/2010 menjadi referensi lembaga ini menyikapi pelayanannya, sebagai berikut.
1. Menyelenggarakan Laguboti Bersih bekerjasama dengan PEMKAB Tobasa diselenggarakan pada tgl. 2 Oktober 2009 yang langsung dipimpin oleh Kadep Diakonia, dihadiri Bupati Tobasa, Drs. Monang Sitorus, SH, MBA
2. Mengadakan Master Agreement dengan PEMKAB tentang hal-hal apa yang dapat dilakukan oleh lembaga ini bagi masyarakat Tobasa, dan Pemerintah memfasilitasinya. Diharapkan tahun 2010 lembaga ini telah mendapat anggaran pemerintah.
3. Menjadi Bibelvrouw Lembaga Pusat Bahasa dan MUSIK. Dalam hal ini direncanakan pada tahun 2010 telah berdiri Geust House sehingga dapat menjadi tempat pemondokan dosen volunter
4. Jamsostek. Sekali pun tidak bersifat atas nama lembaga, para dosen telah menjadi anggota jamsostek, jaminan kerja secara resmi dimulai pada tgl. 2 Oktober 2009.
5. Konsep Beasiswa yang dibangun adalah: membangun hubungan emosional lewat pelayanan pribadi. Landasan teologi saling berbagi adalah: Lidia dalam Kisah 16, Jemaat Makedonia, yang secara ekonomi sedang mengalami kemerosotan keuangan, namun mereka memiliki ketergerakan hati yang konstan dapat memberi kepada Paulus dalam aksi pelayanannya.

Strateginya
a. Bekerjasama dengan para pelayan penuh waktu, secara khusus dengan para Bibelvrouw
b. Menawarkan tiga pilihan kepada warga jemaat HKBP dalam hal kerelaan memberi tiap bulannya sebagai berikutnya:
• 130 orang Rp. 50.000,- = Rp. 6.500.000,-
• 50 orang Rp. 100.000,- = Rp. 5.000.000,-
• 20 orang Rp. 300.000,- = Rp. 6.000.000,-
Total : Rp. 17.500.000 x 10 bulan = Rp. 175.000.000,-

Planning Realisasi : diharapkan 2010

6. Perpustakaan Sekolah Bibelvrouw telah berdiri mewah namun mobilernya masih relative miskin. Perpustakaan ini diberi nama: Pdt. Kasianus Sirait
7. Menganilisis pelayanan Bibelvrouw ke depan, sehingga disimpulkan bangunan kurikulum yang perlu direvitalisasi mengacu kepada Agenda HKBP pelayanan education, : EduChurch, EduBuntu
8. Menjadikan PK. Hephata menjadi salah satu tempat mengenalan lapangan pelayanan di HKBP sebagai tanggapan terhadap pengenalan lingkungan pelayanan
9. Lembaga ini akan mengadakan hubungan kerjasama dengan DEL Sitolu Ama, direncanakan mulai tahun 2010.
10. Mengkaji apakah penting didirikan Yayasan Pelayanan Musik Sekolah Bibelvrouw di TOBASA?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar