JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN  HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
Jubileum

Minggu, 14 Maret 2010

PEMBERDAYAAN JEMAAT HKBP MUARA MENUJU PENGEMBANGAN EKONOMI

Oleh : Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia HKBP)

Hari rabu tanggal 10 Maret 2010, Pdt. Nelson Siregar (Kepala Departemen Diakonia) menghadiri undangan HKBP Ressort Muara, untuk memberikan sebuah sesi mengenai pemberdayaan jemaat dengan potensi yang dimiliki. Kegiatan ini dilaksanakan di HKBP Lobutangga Ressort Muara Distrik 16 Humbang Hasundutan. Baru pada pkl. 14.00 Pdt. Nelson Siregar menyampaikan materinya dengan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 70 orang.
Dalam penyampaian materinya, Pdt. Nelson Siregar mencoba memaparkan dengan singkat dan jelas kepada jemaat tentang kondisi yang selama ini telah terjadi, baik dalam kehidupan jemaat maupun dalam kehidupan masyarakat. Dalam Jubileum 50 tahun dan 100 tahun HKBP, perkembangan HKBP sudah cukup signifikan dalam berbagai bidang. Terlebih dengan konsep Pargodungan yang telah dilakukan oleh para misionaris sangat membangun orang Batak menjadi pribadi Kristen yang mampu bersikap kritis.
Berangkat dari sejarah tersebut, Pdt. Nelson Siregar mengajak jemaat kembali menghidupkan kembali konsep Pargodungan yang mungkin selama ini sedikit diabaikan. Terlebih pada tahun 2011 HKBP akan mengadakan Jubileumnya yang ke-150 tahun. Konsep Pargodungan ini sesungguhnya mencoba menggali lebih dalam potensi gereja yang selama ini terpendam atau sengaja dipendam. Pdt. Nelson Siregar menyatakan dengan tegas, bahwa di mana ada gereja di situ juga harus ada sarana pendidikan, sarana kesehatan, juga sarana-sarana lain yang bisa membangun jemaat dan lingkungan sekitar ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Ajakan membuat sesuatu yang monumental dalam Jubileum 150 tahun HKBP, menjadi semangat baru untuk berpikir hal-hal apa saja yang selama ini kurang diperhatikan gereja dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan gereja untuk memperbaiki kehidupan jemaat dan masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah dalam bidang ekonomi. Mangga Muara adalah salah satu jenis buah mangga terbaik, tapi mengapa produksi dan pendistribusiannya kurang terdengar sampai ke daerah-daerah lain di luar daerah Muara? Kurangnya pengetahuan dan bimbingan tentang bagaimana mengupayakan pohon mangga di Muara berbuah banyak dan menghasilkan buah yang baik, mungkin saja menjadi salah satu kendala yang menyebabkan produksi Mangga Muara tersendat.
Menanggapi masalah di atas Pdt. Nelson Siregar mencoba memberikan gambaran bahwa pupuk organik (yang berasal dari kotoran hewani) bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas mangga muara, sehingga kualitas yang didapat pasti lebih baik dari penggunaan pupuk kimiawi ataupun pestisida. Jika menngunakan pupuk kimia, kebanyakan hasilnya mangga seperti besar, tapi kosong dan ringan, tetapi jika menggunakan pupuk organik, mangganya tidak terlalu besar tetapi padat dan berisi. Terkait dengan pupuk organik, maka perkebunan ataupun persawahan yang ada harus dibarengi dengan peternakan, sehingga terjadi sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.
Selain itu gereja bisa saja membuat kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat, dengan mengadakan ternak bergilir. Contohnya, gereja membeli beberapa ternak, kemudian ternak itu “dipinjamkan” kepada beberapa jemaat yang membutuhkan. Setelah sekian lama sampai ternak itu menghasilkan (mis. Ternak itu melahirkan beberapa anak), ternak itu dikembalikan kepada gereja beserta satu anak ternak yang telah dihasilkan. Kemudian ternak yang dikembalikan ke gereja “digilir” kembali kepada jemaat lain yang membutuhkan. Jadi tidak hanya jemaat yang bisa meningkatkan perekonomiannya, tapi gereja juga bisa memperoleh hasil dari kerjasamanya dengan jemaat, sehingga sejahtera masyarakat sejahtera gereja.
Hal-hal seperti inilah yang seharusnya juga dilakukan oleh gereja, karena gereja sesungguhnya tidak hanya mengurusi hal gereja saja, tetapi harus bisa juga menyentuh ranah ekonomi, sosial, bahkan sampai ranah politik.
Pengetahuan holistik harus dimiliki oleh gereja dan para pelayannya untuk mengembangkan pelayanan gereja, terlebih dalam konteks Muara hampir 80% masyarakat sekitar adalah warga gereja HKBP. Dengan demikian HKBP harus mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan nyata. Sesuai dengan pernyataan Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja, maka gereja diajak untuk lebih peka melihat segala permasalahan yang ada di konteks masyarakat, dan dari kepekaan tersebut para pelayan diajak berpikir kritis untuk memberikan solusi yang tepat guna dan nyata, bukan sekadar “mendoakan”. Menurut Pdt. Nelson Siregar, “doa adalah setengah dari tindakan, oleh karena itu harus tetap ada usaha untuk mencapai tujuan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar